MAKALAH
FILSAFAT ISLAM
PEMADUAN ANTARA AGAMA DAN FILSAFAT
Disusun
Oleh :
AHMAD
SHOLIHIN MUTTAQIN
UT. 060741
|
Dosen
Pengajar :
Drs.
HARTONO MARGONO
JURUSAN THEOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2007
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Robbil
‘Alamin, berkat rahmat Allah yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahNya
kepada kami, sehingga kami dapat juga menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat sejalan
dengan tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah “FILSAFAT ISLAM”
yang berjudul “Pemaduan antara Agama dan Filsafat” dengan tujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa dalam media pembelajaran.
Kami menyadari sepenuhnya
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat menerima
masukan dan kritikan dari para bapak dosen dan rekan mahasiswa yang bersifat
membangun guna perbaikan kualitas makalah ini dan supaya sesuai dengan yang
kita harapkan.
Semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan membantu para mahasiswa di Fakultas Ushuluddin khususnya pada
jurusan Tafsir Hadits dan Dakwah sehingga kita dapat memahami materi
perkuliahan yang diberikan. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb..
Jambi, 01 Desember 2007
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ..………………………………………………………....i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………ii
BAB
I PENDAHULUAN
- Latar
Belakang ………………………………………………………….1
- Batasan
Masalah ……………………………………………………….1
BAB
II PEMBAHASAN
Pemaduan Agama dan Filsafat …………………………………………...2
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan
………………………………………………………………7
- Saran
……………………………………………………………………..7
DAFTAR
PUSTAKA ..……………………………………………………….....8
BAB I
PENDAHLUAN
A. Latar
Belakang
Sebelum
kita bicarakan lebih jauh mengenai pemaduan antara agama dan filsafat, penyusun
akan mengulang kembali sedikit dari pengertian agama dan filsafat.
Agama
berasal dari bahasa Sansekerta, a artinya tidak dan gama artinya
kocar-kacir/ kacau. Jadi agama bermakna tidak kocar-kacir dalam arti lain
teratur. Sedangkan pengertian yang dimaksudkan disini ialah suatu peraturan
yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang ghoib, ataupun yang
mengenai budi pekerti, pergaulan hidup bersama dan lainnya.
Dan
filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo berarti cinta dan sophia
berarti benar. Artinya cinta kebenaran. Maksud dari filsafat bisa dimaknakan
ingin mengerti dengan mendalam atau cinta kebijaksanaan.
B. Batasan
Masalah
Setelah
kita memahami pengertiannya agama dan filsafat, guna terfokusnya pembahasan
maka di dalam makalah ini penyusun akan menguraikan secara singkat tentang pemaduan
antara agama dan filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMADUAN
AGAMA DAN FILSAFAT
Perlu kita ketahui bahwa Filsafat Islam bertujuan untuk mempertemukan
antara filsafat dengan agama, dan semangat ini dapat kita lihat pada setiap
langkahnya. Akan tetapi timbul pertanyaan, bagaimana agama sebagai wahyu Tuhan,
sebagai bahasa langit dan santapan hati dan sebagai sumber
perintah-perintah dan larangan-larangan,
bisa bertemu dengan filsafat sebagai hasil ciptaan manusia dan sebagai bahasa
bumi yang masih bisa dibahas dan dipersoalkan? Bagaimana kebenaran agama yang
didasarkan atas ilham dan wahyu bisa dipersatukan dengan kebenaran filsafat
yang didasarkan atas alasan-alasan fikiran? Bagaimana dalil-dalil naqli bisa
digabungkan dengan dalil aqli?
Jawaban pertanyaan tersebut tidak lebih daripada tiga macam. Pertama;
memegang teguh terhadap agama dan menolak filsafat. Kedua; memegang
filsafat dan menolak agama. Ketiga; mengusahakan pemaduan antara
filsafat dengan agama menurut cara tertentu, dan cara inilah yang ditempuh oleh
filosof-filosof Islam.
Bagi orang yang memahami semangat Islam yang mengajarkan pengambilan
jalan tengah dan mempelajari ilmu-ilmu ke-Islaman, maka ia akan mengetahui
bahwa semangat pemaduan merupakan salah satu corak pemikiran kaum muslimin pada
setiap lapangan ilmu. Sebagai contoh dalam lapangan hukum Islam kita mendapati
mazhab syafi’I yang menjadi mazhab penengah antara mazhab Maliki yang
mendasarkan pendapat-pendapatnya kepada hadits sesudah al Quran, dengan mazhab Hanafi
yang mendasarkan kepada fikiran dan ijtihad.
Kalau demikian corak pemikiran kaum muslimin pada berbagai bidang pemikiran
pada umumnya, maka terlebih-lebih lagi filosof-filosof islam berusaha untuk
mempertemukan antara agama yang dipercayai kebenarannya dengan filsafat yang
didasarkan atas ketentuan dan dalil-dalil pemikiran semata, yaitu filsafat
Yunani.
Tokoh-tokoh yang memadukan antara agama dan filsafat pada abad
pertengahan antara lain :
1. Al-Kindi
Al Kindi mempertemukan agama dan filsafat atas dasar
pertimbangan bahwa filsafat ialah ilmu tentang kebenaran dan agama juga adalah
ilmu tentang kebenaran. Oleh karena itu, maka tidak ada perbedaan antara
keduanya. Pengaruh golongan Mu’tazilah nampak jelas pada jalan pikirannya,
ketika ia menetapkan kesanggupan akal manusia untuk megetahui rahasia-rahasia
apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ilmu filsafat pertama yang meliputi
ketuhanan, keesaan, keutamaan dan ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana
cara memperoleh hal-hal yang berguna dan menjauhkan hal-hal yang merugikan,
dibawa juga oleh Rasul-rasul dari Tuhan.
Menurut al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui
kebenaran dan mengambilnya darimana pun datangnya, meskipun dari bangsa-bangsa
lain yang jauh letaknya dari kita. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang
mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Orang yang mengingkari
filsafat, berarti mengingkari kebenaran, dan oleh karenanya maka ia mejadi
kafir. Bahkan lawan-lawan filsafat memerlukan sekali kepada filsafat untuk
memperkuat alasan-alasannya dan tidak perlunya berfilsafat.
Memang kadang-kadang terdapat perlawanan dalam
lahirnya antara hasil-hasil pemikiran filasafat dengan ayat-ayat al Quran, yang
mana menyebabkan ada orang yang menentang filsafat. Pemecahan al-Kindi terhadap
soal ini ialah bahwa kata-kata dalam bahasa Arab bisa mempunyai arti yang
sebenarnya (hakiki) dan arti majazi (arti kiasan, atau bukan arti yang
sebenarnya). Arti majazi ini hanya dikatakan deengan jalan takwil dengan syarat
harus dilakukan oleh orang-orang ahli agama dan ahli fakir.
Kalau ada perbedaan filsafat dengan ilmu Nabi-nabi
(agama), maka perbedaan itu hanya dalam cara, sumber dan ciri-cirinya, karena
ilmu NabiI-nabi diterima oleh mereka sesudah jiwanya dibersihkan oleh Tuhan dan
disiapkan-Nya untuk menerima pengetahuan (ilmu) dengan cara luar biasa diluar
hukum alam. Selain itu ilmu Nabi-nabi itu jelas dan mudah dimengerti.
Sesuai dengan pendirinya, bahwa filsafat harus
dimiliiki, maka ia sendiri berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya,
dengan jalan mengikuti pendapat orang-orang yang sebelumnya dan menguraikannya dengan
baik.
2. Ibnu
Rusyd
Ibnu Rusyd ikut serta mengadakan pemaduan antara agama
dengan filsafat, bahkan melebihi orang-orang yang sebelumnya karena ia telah
memberikan uraian yang cukup panjang dan mendalam. Hal ini disebabkan
fuqaha-fuqaha pada masanya mengingkari filsafat Yunani, terutama filsafat
Aristoteles, dengan mendapat bantuan dari penguasa negara Muwahhidin, dimana
Ibnu Rusyd hidup dibawah naungannya. Dalam persoalan agama dan filsafat mereka
dengan tegas memihak kepada al-Ghozali, pengarang Tahafutul Falasifah
yang berisi serangan pedas terhadap filsafat dan filosof-filosof.
Dengan segala ketekunan Ibnu Rusyd harus mengadakan
pemaduan antara agama dan filsafat, karena adanya serangan yang berat dari
al-Ghozali terhadap filsafat dan karena ia sangat menjunjung tinggi
Aristoteles. Karena itu, ia harus memberikan serangan-serangan terhadap
al-Ghozali dan menyatakan bahwa filsafat tidak berlawanan dengan agama bahkan
mengokohkannya dan menjelaskan perumusan-perumusannya.
Menurut Ibn Rusyd, fungsi
filsafat tidak lebih dari pada mengadakan penyelidikan tentang alam wujud dan
memandangnya sebagai jalan untuk merumuskan Zat yang membuatnya. Quran
berkali-kali memerintahkan demikian, antara lain dalam surat al-A’raf ayat 185:
“Apakah mereka tidak memikirkan tentang alam langit dan
bumi serta segala sesuatu yang dijadikan oleh Tuhan”
Juga dalam surat al-Hajr ayat 2 :
“Hendaklah kamu mengambil Ibarat (i’tibar; mengadakan
qiyas) wahai orang-orang yang mempunyai pandangan”.
Kalau seseorang faqih berdasarkan ayat surat al-Hajr tersebut di atas menetapkan
adanya qiyas syar’i (qiyas dalam fiqih), maka berdasarkan ayat itu pula seorang
filosof lebih berhak lagi untuk menetapkan qiyas aqli. Jika dikatakan qiyas
akli suatu bid’ah karena tidak ada pada masa permulaan Islam, maka qiyas syar’i
itupun suatu bid’ah karena tidak terdapat pada masa permulaan Islam.
Orang
yang mempelajari filsafat tidak bisa meninggalkan buku-buku Yunani, karena seseorang
tidak bisa membangun filsafat yang baru sama sekali, sebab filsafat itu adalah
kerja seluruh umat manusia dalam semua generasinya. Kalau lapangan tehnik dan
ilmu pengetahuan tidak bisa diselesaikan (disemprnakan) oleh seorang diri, maka
lebih lagi ilmu filsafat, induk dari segala ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Filsafat
Islam bertujuan untuk mempertemukan antara filsafat dengan agama. Akan tetapi
timbul pertanyaan, bagaimana agama sebagai wahyu Tuhan, sebagai bahasa langit
dan santapan hati dan sebagai sumber perintah-perintah dan larangan-larangan, bisa bertemu dengan
filsafat sebagai hasil ciptaan manusia dan sebagai bahasa bumi yang masih bisa
dibahas dan dipersoalkan? Jawaban pertanyaan tersebut tidak lepas dari tiga
macam. Pertama; memegang teguh terhadap agama dan menolak filsafat. Kedua;
memegang filsafat dan menolak agama. Ketiga; mengusahakan pemaduan
antara filsafat dengan agama menurut cara tertentu, dan cara inilah yang
ditempuh oleh filosof-filosof Islam, seperti al-Kindi dan Ibn Rusyd.
B. Saran
Penyusun menyadari dalam makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, untuk itu penyusun mengaharapkan
kritik dan saran dari seluruh dosen rekan-rekan mahasiswa guna perbaikan
kualitas makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama RI. Al-Quran dan
Terjemahannya
A. Hanafi MA. Pengantar Filsafat Islam. (Jakarta : PT. Bulan Bintang. 1969).
Endang
Saifuddin Anshari. Ilmu, Filsafat dan Agama (
Tidak ada komentar:
Posting Komentar