MAKALAH
MANTIQ (LOGIKA)
“PENGERTIAN MANTIQ, RUANG LINGKUP
DAN MANFAAT MEMPELAJARINYA”
![]() |
DI
SUSUN OLEH :
A. SHOLIHIN MUTTAQIN
NIM. UT. 060741
DOSEN
PENGAJAR :
ALIYAS, S.Th.I, M.Fil.I
FAKULTAS
USHULUDDIN
ISTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2008
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahi
Rabbil ‘Alamin, berkat rahmat Allah SWT. yang telah melimpahkan taufik dan
hidayahNya kepada Kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini dibuat sejalan dengan tugas yang diberikan oleh Dosen pada mata kuliah “Mantiq
(Logika)” yang berjudul “Pengertian Mantiq, Ruang Lingkup dan Mamfaat
Mempelajarinya” dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
mahasiswa dalam bidang media pembelajaran.
Kami
menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu,
Kami sangat menerima kritik dan saran dari Dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang
bersifat membangun guna perbaikan kualitas makalah ini dan supaya sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
Semoga
makalah ini bisa bermamfaat dan membantu para mahasiswa, khususnya di Fakultas
Ushuluddin sehingga kita bisa memahami materi perkuliahan yang diberikan.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Jambi,
08 April 2008
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang ………………………………………………………..
1
2.
Pokok Masalah ………………………………………………………..
1
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Mantiq (logika) ………………………………………………….. 2
2.
Ruang Lingkup Mantiq (Logika) ..………………………………………….. 4
3.
Mamfaat Mempelajari Ilmu Mantiq (Logika) ………………………………..
5
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan .………………………………………………………………. 6
- Saran ….……………………………………………………………………. 6
DAFTAR
PUSTAKA ....……………………………………………………..
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kita semua tahu dan sadar bahwa salah satu sendi atau
pilar penyangga utama setiap masyarakat modern adalah Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (iptek). Adapun berdirinya pilar penyangga keilmuwan itu merupakan
tanggung jawab moral dan sosial seorang ilmuwan. Kita tidak bisa menghindarkan
diri dari padanya karena hal ini merupakan bagian dari hakikat ilmu itu
sendiri.
Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai
implikasi etis bagi seorang ilmuwan. Kebenaran itu berfungsi sebagai prototipe
moral yang baik. Maka dengan aspek etis tersebut kita akan selalu tampil ke
depan memberikan informasi secara objektif, terbuka dan istiqamah pada
pendapatnya, tetapi juga bersedia menerima pendapat orang lain, memberi contoh
atau suri tauladan, bahkan kita bila perlu berani mengakui kesalahannya sesuai
dengan fakta yang sebenarnya.
Oleh karena itu, Ilmu Mantiq (Logika) merupakan salah
satu pengetahuan yang mesti dipelajari guna tercapainya tujuan yang telah
dijelaskan tadi.
2.
Pokok Bahasan
Setelah kita mengetahui latar belakang guna
mempelajari Ilmu mantiq (Logika), maka di dalam makalah ini penyusun akan
menjelaskan tentang pengertian logika, ruang lingkup serta mamfaat
mempelajarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Mantiq (logika)
Logika adalah bahasa Latin yang berasal dari kata logos
yang berarti perkataan. Istilah lain yang digunakan sebagai kata gantinya
adalah Mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang
berarti berkata atau berucap.[1] Dan
didalam pendapat lain kata logos berarti sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal.[2]
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan
serupa: “alasannya tidak logis’, ‘argumentasinya logis, dst”. Yang dimaksud
dengan logis dalam contoh tersebut adalah masuk akal dan tidak logis adalah
sebaliknya.
Dalam buku Logic and Language of Education, mantiq
disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir
benar,[3]
sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara hati
nurani dari kesalahan dalam berfikir”.[4] Irving
M. Copi menyatakan, logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Prof. Thain Thahir A. Mu’in menyebutkan bahwa ta’rif Mantiq banyak macamnya, di
antaranya :
- Ilmu tentang undang-undang berfikir
- Ilmu untuk mencari dalil
- Ilmu untuk menggerakkan fikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh sesuatu kebenaran
- Ilmu yang membahas tentang undang-undang yang umum untuk fikiran
- Ialah alat yang merupakan undang-undang dan bila undang-undang ini dipelihara dan diperhatikan, maka hati nurani manusia pasti dapat terhindar dari fikiran-fikiran yang salah.[5]
Dari penjelasan diatas, dapatlah dikatakan bahwa Mantiq
(logika) adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa.
2.
Ruang Lingkup Mantiq (Logika)
Secara global ruang lingkup Mantiq (Logika) adalah sebagai
berikut :
1.
Epistimologi (Cara Menimba Ilmu)
Istilah epistimologi berasal dari kata episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Secara etimologi
berarti teori pengetahuan. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang
mempersoalkan atau menyelidiki tentang asal, susunan, metode serta kebenaran
pengetahuan. Menurut Langeveld, teori pengetahuan membicarakan hakikat
pengetahuan, unsur-unsur pengetahuan dan susunan berbagai jenis pengetahuan;
pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batas-batasnya. Jadi
epistimologi merupakan cabang atau bagian dari filsafat yang membahas masalah-masalah
pengetahuan.
Sumber pengetahuan ada empat :
a.
Empirisme (pengalaman manusia)
b.
Rasionalisme (pikiran manusia)
c.
Intuisinisme (langsung melihat)
d.
Wahyu Allah.[6]
2.
Aksiologi Ilmu (Nilai Ilmu Pengetahuan)
Secara
etimologi, aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti
nilai dan logos berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang
nilai. Penggunaan istilah aksiologi sebetulnya baru diperkalkan oleh Paul Lapie
dalam bukunya “Lagique de la Volonte” dan F. Von Hartman dalam
bukunya “Grunrisder Axiologi”. Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi
a) nilai etika dan b) nilai estetika.
a.
Nilai Etika
Istilah etika berasal dari kata ethos yang artinya adat
kebiasaan. Dalam istilah lain para ahli yang bergerak dalam bidang etika
menyebutnya dalam moral. Walaupun antara kedua istilah etika dan moral
ada perbedaannya, namun para ahli tersebut tidak membedakannya dengan tegas,
bahkan cenderung untuk memberi arti yang sama secara praktis.
b.
Nilai Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan kreasi seni,
dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni atau kesenian.[7]
3.
Mamfaat Mempelajari Ilmu Mantiq (Logika)
Mamfaat dalam mempelajari ilmu mantiq adalah sebagai
berikut :
1.
Membantu sikap orang yang mempelajari logika untuk
berfikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2.
Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat
dan objektif.
3.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir
secara tajam dan mandiri.
4.
Memaksa dan mendorong orang untuk berfikir sendiri
dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5.
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan.
6.
Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Dan di dalam buku Ilmu Mantiq (logika), karangan
Prof. K.H.M. Taib Abd. Mu’in, disebutkan bahwa mamfaat ilmu mantiq adalah ;
- Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa fikirannya
- Mendidik kekuatan akal fikiran dan memperkembangkannya dengan baik melalui cara melatih dan membiasakan mengadakan penyelidikan-penyelidikan tentang cara berfikir.[8]
Dengan membiasakan latihan berfikir, manusia akan mudah
dan cepat mengetahui dimana letak letak kesalahan yang mengelincirkannya dalam
usaha menuju hukum-hukum yang duperoleh dengan fikiran itu.
Jadi, mempelajari Ilmu Mantiq itu sama dengan
mempelajari Ilmu Pasti, dalam arti sama-sama tidak langsung memperoleh faidah
dengan ilmu itu sendiri, tapi ilmu-ilmu yang lain juga untuk menimbang sampai
dimana kebenaran ilmu-ilmu itu. Dengan demikian maka ilmu mantiq juga boleh
disebut ilmu pertimbangan atau ukuran; dalam bahasa Arab disebut Ilmul mizan
atau Mi’jarul ulum.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapatlah diambil kesimpulan
bahwa Logika adalah bahasa Latin yang berasal dari kata logos yang berarti
perkataan. Istilah lain yang digunakan sebagai kata gantinya adalah Mantiq, kata
Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau
berucap. Dan didalam pendapat lain kata logos berarti sesuatu yang diutarakan,
suatu pertimbangan akal. Jadi dapatlah dikatakan bahwa Mantiq (logika) adalah
suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Di antara mamfaat dari mempelajari ilmu ini adalah membantu untuk
berfikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren,
meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat dan objektif.
2.
Saran
Penyusun
menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Mundiri. Logika.
(Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada : 1994)
Raper Yan
Hendrik, Pengantar Logika, (Yogyakarta
: PT. Kanisius : 1996)
Mu’in, Prof. K.H.M. Taib Abd., Ilmu Mantiq (logika), (Jakarta
: Widjaya Jakarta : 1964)
Salam, Drs. H. Burhanuddin. Logika Materil Filsafat Ilmu
Pengetahuan. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997)
[1] Drs.
Mundiri. Logika. hlm. 1
[2] Yan
Hendrik Raper, Pengantar Logika, hlm. 1
[3] Drs.
Mundiri, Opcit. hlm. 2 Dikutip dari George F. Kneller, Logic &
Language of Education. hlm. 13
[4] Ibid.
Dikutip dari Louis Ma’luf, Munjid, hlm. 816
[5] Prof.
K.H.M. Taib Abd. Mu’in, Ilmu Mantiq (logika), hlm. 16-17
[6] Drs. H.
Burhanuddin Salam. Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Hal. 97
[7] Ibid.
hal. 168
[8] Prof.
K.H.M. Taib Abd. Mu’in. Op.cit. Hlm. 15
Izin share y akhi..
BalasHapus