SEJARAH
PERADABAN ISLAM
“PERADABAN
BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM”
Dosen:
Dr. H. Muhammad
Fadhil, M.Ag
Disusun Oeh
:
Ahmad Sholihin Muttaqin
NIM. P.h. 211.5.1525
KONSENTRASI METODOLOGI DAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
PRODI HUKUM ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA IAIN STS JAMBI
2012
KATA
PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam dan Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.
Dan tidak lupa penulis menghaturkan
ucapan terima kasih kepada bapak dosen Dr. H. Muhammad Fadhil, M.Ag yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
ini. Begitu pula kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang nantinya akan membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
Di dalam makalah ini, penulis
membahas mengenai Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam yang merupakan sub
bahasan dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Tentunya, sebagaimana yang
difahami penulis bahwa pengetahuan seseorang tidaklah mutlak atau bersifat
relatif, untuk itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan nantinya jika tredapat
kekeliruan.
Harapan penulis, makalah yang
dirangkum dengan pembahasan mengenai peradaban bangsa Arab sebelum datangnya
ajaran agama Islam ini dapat bermamfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi
para pembacanya. Amin.
Jambi, Mei 2012
Penulis,
Ahmad Sholihin Muttaqin, S.Ud
NIM. P.h. 211.2.1525
PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
A.
PENDAHULUAN
Bangsa Arab sebelum
datangnya Islam lekat
dengan moral dan perilaku yang sangat rusak,
sehingga mereka dikatakan sebagai kaum Jahiliyah
(kaum yang bodoh), selain itu mereka juga percaya kepada tahayyul,
tenung, perbintangan dan lain-lain. Bangsa Arab juga mempunyai kebiasaan
berjudi dan minum-minuman keras. Pekerjaan ini dilakukan secara bersama-sama,
bahkan tak jarang dari mereka suka merampok, sehingga menyebabkan terjadinya
perkelahian antar suku.
Namun bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki
kemajuan ekonomi. Letak geografis yang cukup strategis membuat Islam yang
diturunkan di Mekah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping
juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat
Islam,[1]
Di sisi lain, kenyataan bahwa
al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks
geografis Arab, mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang
komprehensif terhadap al-Qur’an hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus
melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang
menjadi audiens pertama al-Qur’an, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu
dengan segala kultur dan tradisinya.
Dari latar belakang
masalah diatas, kami merasa tertarik untuk lebih mengkaji masalah diatas yang
kami tuangkan dalam pembuatan makal ini yang berjudul “Peradaban Bangsa
Arab sebelum Islam”.
B.
PEMBAHASAN
- Geografis Jazirah Arab Pra-Islam
Jazirah dalam bahasa
Arab berarti pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”. Sebagian ahli
sejarah menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa
Indonesia berarti “Semenanjung”. Dilihat dari peta, Jazirah Arab berbentuk
persegi panjang yang sisi-sisinya tidak sejajar.[2] Dan batas-batas semenanjung atau jazirah Arab
adalah sebagai berikut:
·
Bagian
selatan : Lautan Hindia
·
Bagian
timur : Teluk Arab (dahulu Teluk
Persia)
·
Bagian
utara : Gurun Iraq dan gurun Syam
(sekarang Syiria)
·
Bagian
barat : Laut Merah
Panjangnya 1.000 km dan lebarnya ±1.000 km. Jazirah Arab hampir 5/6
daerahnya terdiri dari padang pasir, maka sungai sangat jarang terdapat di
jazirah Arab dan hanya ada perigi atau oase di tengah-tengah padang pasir.[3]
Jazirah Arab terbagi
atas 2 bagian, yakni bagian tepi dan bagian tengah. Bagian tepi, serupa
dengan sebuah pita kecil yang melingkari jazirah Arab, hanya pita tersebut agak
lebar pada bertemunya laut merah dengan lautan Hindia. Pada jazirah Arab ini
boleh dikatakan hujan turun cukup teratur, oleh karena itu penduduknya tiada
yag mengembara melainkan menetap di tempatnya. Sedangkan bagian tengah,
terdiri dari pegunungan yang curah hujannya sangat sedikit, penduduknya pun
secara otomatis sedikit, yaitu kaum pengembara. Bagian tengah terbagi menjadi 2
bagian, yaitu:
·
Bagian
utara disebut “Najed”
·
Bagian
Selatan disebut “Al Ahqaf”
Jazirah Arab terbagi kepada lima daerah, yaitu:
1.
Hijaz,
kotanya adalah Makkah, Madinah dan Thaif.
2.
Yaman,
terletak di bagian selatan diantaranya adalah San’a yang merupakan ibukota
Yaman zaman dahulu.
3.
Najed,
terletak di bagian tengah jazirah Arab.
4.
Tihamah,
terletak antara Hijaz dan Yaman.
5.
Yamamah,
terletak antara Yaman dan Najed.[4]
- Asal Usul Masyarakat Arab
Jenis-jenis bangsa
Arab dipandang dari segi cara hidupnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Penduduk
gurun “Badui”.
Penduduk Badui (baidah), yaitu
orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya, dan tidak diketahui lagi
keberadaannya kecuali karena tersebut di dalam kitab suci, seperti kaum ‘Ad dan
Tsamud. Cara hidup
mereka adalah suka berpundah-pindah, mengembara untuk mencari tanah yang dapat
ditanami, mata air dan padang rumput untuk menggembala binatang ternak.
Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang
dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira
lima puluh tahun sebelum Islam. Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat
diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang pasir
itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang-perangan.
Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh keinginan
memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki
tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan
binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.[5]
2.
Penduduk
negeri “Ahlul Hadlar”.
Penduduk negeri dalah penduduk yang
cara hidupnya menetap, tidak berpindah-pindah dan tidak mengembara. Mereka
mendiami Jazirah Arab bagian tepi seperti Hijaz, Hirah, Yaman, dll. Penduduk
negeri memiliki mata pencaharian berdagang dan bercocok tanam. Kehidupan
penduduk negeri lebih teratur bila dibandingkan dengan kehidupan orang gurun.
Dan mereka juga sudah mampu membangun dan mengembangkan kebudayaan, juga mereka
telah mampu mendirikan kerajaan.[6]
Adapun suku yang
tinggal di jazirah Arab, meliputi:
a.
Arab
Ba’idah
Adalah bangsa Arab yang telah musnah
yaitu, orang-orang Arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak mereka tidak dapat
diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan kitab-kitab suci. Arab Bai’dah
ini termaksud suku bangsa Arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia akan
tetapi, karena serangan raja Namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia, sampai
Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan berpisah
ke berbagai daerah, diantara kabilah mereka yang termaksud adalah: ‘Ad, Tsamud, Ghasan, Jad.
b.
Arab
‘Aribah
Merupakan cikal bakal
dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan
Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku
bangsa arab yang terkenal adalah Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal
adalah kerajaan Saba’ yang berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri
abad ke-2 SM.
c.
Arab
Musta’ribah
Merupakan menjadi
arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa
Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti
Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum.
Arab Musta’ribah sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim Ismail (Adnaniyyun).[7]
Bangsa Arab mempunyai
akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid,
dalam Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah,
Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania. Bangsa Arab hidup berpindah-pindah
karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun
hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti
tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di
sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.
Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah Arab
dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan)
dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu Ibrahim).
3. Sistem Politik/Pemerintahan Bangsa
Arab sebelum Islam
Pada masyarakat Arab pra Islam sudah banyak ditemukan
tata cara pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada
beberapa sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah sistem politiknya.
Sebelum kelahiran islam, ada tiga kekuatan politik besar
yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab yaitu kekaisaran Nasrani
Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar
yang berkuasa di Arab bagian selatan. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap
turut mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab
dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta
persaingan antara Yahudi, beragam sekte dalam agama Nasrani dan para
pengikut Zoroaster.
Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar
suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran
ide-ide Islami dalam al-Qur’an, seperti ”jihad”, ”sabar”, ”persaudaraan”
(ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu.
Pada masa sebelum Islam yang diajarkan dan disebarluaskan ke
bangsa Arab oleh Rasulullah SAW, orang Arab sering kali
terjadi peperangan antar suku diantaranya dikenal dengan perang fujjar karena terjadi beberapa kali
antar suku, yang pertama perang antara suku kinanah dan hawazan, kemudian
quraisy dan hawazan serta kinanah dan hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi
15 tahun sebelum rasul diutus.[8]
Kekaisaran Byzantium dan Kekaisaran Romawi Timur
dengan ibu kota Konstantinopel merupakan bekas Imperium Romawi dari masa
klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia
kecil, Syiria, Mesir dan sebagian daerah Itali serta
sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada di bawah
kekuasaannya.
Saingan berat Byzantium dalam perebutan kekuasaan di
Timur Tengan adalah Persia. Ketika itu, imperium ini berada di bawah kekuasaan
dinasti Sasanid (sasaniyah). Ibu kota Persia adalah al-Madana’in, terletak
sekitar 20 mil di sebelah tenggara kota Baghdad yang sekarang.
Wilayah kekuasaannya terbentang dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman
timur Iran dewasa ini serta Afganistan.
Menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW, penguasaan Abisinia
di Yaman –Abraham, atau lebih populer di rujuk dalam literatur Islam sebagai
Abrahah– melakukan invasi
ke Makkah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantara epidemi cacar yang
menimpa bala tentaranya, Ekpedisi ini - merujuk Alquran dalam surat 105 pada
prinsipnnya memiliki tujuan yang secara sepenuhnya berada di dalam kerangka politik internasional
ketika itu. yaitu upaya Byzantium untuk
menyatukan suku-suku Arab dibawah pengaruhnya guna menantang Persia. Sementara para
sejarawan muslim menambahkan tujuan lain untuknya. Menurut mereka ekpedisi
tersebut -terjadi kira-kira pada 552 M- dimaksudkan
untuk menghancurkan Ka’bah dalam rangka menjadikan gereja megah di San’a, yang
dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di Arabia.[9]
Dalam masyarakat Arab terdapat organisasi clan (kabilah)
sebagai intinya dan anggota dari satu clan merupakan geneologi (pertalian darah).
Pemerintah dikalangan bangsa Arab sebelum Islam, menurut para
ahli sejarah dimulai oleh golongan Arab ba’idah. Pada periode
pertama dikenal ada kerajaan ‘Aad di daerah Ahkaf al Romel yang terletak
antara Oman dan Yaman, kaum ‘Aad juga pernah
mendirikan kerajaan antara Makkah dan Yastrib. Kemudian juga dikenal kerajaan
dari kaum Tsamud mendiami daerah Hijir dan Wadi al-Kurro,
antara Hijaz dan Syiria. Kemudian di kenal juga kerajaan dari kaum Amaliqah di Arab Timur,
Oman Hijaz mereka juga ke Mesir dan Syiria. Pada periode Kedua yaitu pada
masa arab Aribah atau bani Qhathan yang terkenal dengan kerajaan
Madiniyah, kerajaan Sabaiyah dan kerajaan Himyariah.
Bagian dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah
dijajah oleh bangsa lain yang ke kota Makkah adalah
Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekkah, kota suci tempat ka’bah. Ka’bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh
penganut-penganut bangsa asli Makkah. Tetapi juga orang-orang Yahudi yang
bermukim disekitarnya.
Untuk mengamankan para penziarah yang datang ke kota
Makkah diadakan pemerintahan yang pada mulanya berada ditangan dua suku yang
berkuasa yaitu suku Jurhum dan Ismail sebagai pemegang kekuasaan ka’bah. Kekuasaan
politik kemudian berpindah ke suku Khuza’ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku Quraisy ini kemudian yang memegang dan
mengatur politik dan juga urusan urusan yang berkenaan dengan ka’bah. Ada sepuluh (10) jabatan tinggi
yang dibagikan kepada kabilah dari suku Quraisy yaitu:
a.
Hijabah
(penjara kunci ka’bah)
b.
Siqayah
(penjara air mata Zam zam)
c.
Diyat
(Kekuasaan hakim sipil dan criminal)
d.
Sifarah
(kuasa usaha Negara atau duta)
e.
Liwa
(jabatan ketentaraan)
f.
Rifadah
(pengurus pajak bagi fakir miskin)
g.
Nadwah
(jabatan ketua dewan)
h.
Khaimman
(pengurus balai musyawarah)
i.
Khazinah
(jabatan administrasi keuangan)
j.
Azlim
(penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewa-dewa.
4. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang
bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi,
keyakinan keagamaan. Adapun agama-agama tersebut ialah :
a.
Yahudi
Agama ini dianut
orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah,
Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran
pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas
Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Ka’ab dan Kindah
juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
b.
Nashara (Kristen).
Agama ini masuk ke
kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar
yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh
Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja
di Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan Najran. Adapun di kalangan
suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil
Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah
dan sebagian kabilah Qudha’ah.
c.
Majusiyah
Sebagian sekte
Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Diantaranya, Zaraarah dan Haajib
bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin
Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke
daerah Hajar di Bahrain.
d.
Syirik (Paganisme).
Kepercayaan dengan
menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka
dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang
juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah,
mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan
matahari ada di negeri Yarnan.
e.
Al Hunafa’
Meskipun pada
waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada
beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap
berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta
menunggu datangnya kenabian.
Diantara beberapa agama/kepercayaan tersebut yang paling
terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari
360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah. Dan setiap qabilah di Arab
memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri. Di antara berhala
yang paling populer di kalangan mereka ialah :
1)
Wadd.
Adalah nama patung
milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka.
Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin
‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh
bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan
Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah.
2)
Suwaa’
Adalah salah satu
patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin
Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar
3 mil dari Makkah.
3)
Yaghuts
Adalah salah satu
patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar
Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah
oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.
4)
Ya’uq
Adalah salah satu
patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah
Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.
5)
Nasr
Adalah salah satu
patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar
dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar
dan sekitarnya.
6)
Manaah
Adalah salah satu
patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid
antara Makkah dan Madinah. Patung inisangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al
Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada
penaklukan kota Makkah.
7)
Laata
Laata adalah
kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat.
Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di
menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang
membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya
disembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh
bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.
8)
Al ‘Uzza
Al ‘Uzza adalah
satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi
Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala
ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah menaklukan Makkah,
beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga
pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut
kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan
taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya
dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh
juru kuncinya.
9)
Hubal
Merupakan patung
yang paling besar di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat
dari batu ‘aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam.
Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua
patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat
fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya
disembah.
10) Dzul Khalashah
Ini adalah berhala
milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara
Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum
datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah
sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan
tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di
jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail.[10]
- Kebudayaan
bangsa Arab Pra Islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki,
Iran, Israel, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada
di kawasan Teluk Persia.[11]
Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap
berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga
Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan kebudayaan
Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia
dan Libia. yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban tersebut tidak
pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah adanya akulturasi
dan asimilasi dengan peradaban Islam.[12]
Orang-orang arab sebelum islam telah mengalami
periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya
mereka didapati beberapa bekasnya yang dapat dibagi kepada :
a.
Budaya materil yang sangat terkenal
adalah: bendungan Ma‟rib di Yaman dari kerajaan saba dan
begitu juga bekas-bekas kerajaan tsamud, aad dan kaum amalika.
b.
Budaya non material, sangat banyak juga
yang terkenal, antaranya, syair-syair bangsa arab yang terkenal dengan
cerita-cerita tentang keturunan dan keahlian dalam membuat patung, keahlian
mereka dalam bersyair sebenarnya karena mereka dapat mengetahui bangsa yang
halus dan menarik dengan bahasa yang indah mereka dapat mewariskan amtsai
(pepatah arab) dan pepatah itu merupakan kata-kata orang bijak seperti luqman
Disamping budaya yang
di dapat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka terkenal terikat dengan Tahayul
dan adat istiadat yang melembaga diturunkan turun temurun. Tahayul dan adat
istiadat ini bertumpu kepada kepercayaan watsaniyah. Mereka percaya hantu dan
Roh jahat. Mereka juga percaya kepada kahin (tukang tenun, ramal). Mereka juga
meyakini kejadian-kejadian alam yang halus. Misalnya, kalau terjadi sesat di
jalan, hendaklah dibalikkan baju supaya dapat petunjuk.
Meskipun belum
terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak mengabaikan
kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra
yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa
sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi
mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam.
- Peradaban bangsa Arab Sebelum
Islam
Peradaban arab adalah
akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih maju
daripada kebudayaan dan peradaban arab. Pengaruh tersebut masuk ke jazirah arab
melalui beberapa jalur, yang terpenting di antaranya adalah :
a.
melalui
hubungan dagang dengan bangsa lain
b.
melalui
kerajaan-kerajaan protektorat, hirah dan ghassan
c.
masuknya
misi Yahudi dan Kristen
Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah
masuk ke jazirah arab, bangsa arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka,
yaitu percaya pada banyak dewa yang di wujudkan dalam bentuk berhala dan
patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri, dan di pusatkan di Ka'bah.
Orang-orang arab adalah orang yang
bangga, tetapi sensitive. Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa arab memiliki
sastra yang terkenal, kejayaan sejarah arab dan mahkota bumi pada masa klasik
dan bahasa arab sebagai bahasa ibu yang terbaik di antara bahasa-bahasa lain di
dunia. Beberapa sifat lain bangsa arab pra-islam adalah sebagai berikut:
a.
Secara
fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang eropa dalam berbagai organ
tubuh.
b.
Kurang bagus dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam
penyatuan aksi.
c.
Faktor keturunan, kearifan dan keberanian lebih kuat dan
berpengaruh.
d.
Mempunyai struktur kesukuan yang diatur oleh kepala suku atau
clan
e.
Tidak memiliki hukum yang regular, kekuatan pribadi dan
pendapat suku lebih kuat dan diperhatikan
f.
Posisi wanita tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap
barang dan hewan ternak yang tidak memiliki hak. Setelah menikah suami sebagai
raja dan penguasa.
Masyarakat arab pada masa pra Islam
lebih banyak dalam proses pendapatan ekonominya dari kehidupan alam maupun
perdagangan. Perjalanan mereka yang memperjualkan dagangan ke beberapa kota
termasuk barang-barang patung maupun kerajinan lainnya. Hal itulah yang
menghidupi keluarga mereka terkadang daerah arab utara yang bagian selatan
untuk masalah perekonomian dititik tekankan pada bercocok tanam. Hal ini karena
kondisi geogerafis masyarakat arab bagian selatan sangat mendukung sehingga
mereka mendapatkan kebutuhan melalui tanaman yang mereka olah.[13]
C.
PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapatlah
diambil kesimpulan bahwa:
1. Jazirah dalam bahasa Arab berarti
pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”. Sebagian ahli sejarah menamai
tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti
“Semenanjung”.
2. Beberapa suku yang tinggal di jazirah Arab, yaitu Arab Ba’idah, Arab ‘Aribah, dan Arab Musta’ribah.
3. Ada sepuluh (10) jabatan tinggi yang
dibagikan kepada kabilah dari suku quraisy yaitu Hijabah (penjara kunci ka’bah), Siqayah (penjara air mata Zam zam), Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan
criminal), Sifarah
(kuasa usaha Negara atau duta), Liwa (jabatan ketentaraan), Rifadah (pengurus pajak bagi fakir
miskin), Nadwah
(jabatan ketua dewan), Khaimman
(pengurus balai musyawarah), Khazinah (jabatan administrasi keuangan), Azlim (penjaga panah peramal) untuk
mengetahui pendapat para dewa-dewa.
4. Agama-agama yang
ada di Arab pada masa pra Islam antara lain Yahudi, Nashara (Kristen), Majusiyah, Syirik (Paganisme) dan Al Hunafa’.
5. Salah satu budaya yang melekat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka
terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga yang diturunkan secara turun temurun.
6. Masyarakat Arab pada masa pra Islam lebih banyak
dalam proses pendapatan ekonominya dari kehidupan alam maupun perdagangan.
Sebagai penutup, penulis mengakui adanya kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan yang berbentuk
kritik, saran dari para pembaca.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997.
Al-Habib Alwi bin Thahir
al-Hadda, Sejarah Masuknya Agama Islam di
Timur Jauh, terj. S. Dhiya shahab, Jakarta: Lentera sasritama, 1995.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, Cet-23, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.
Fadhil Sj, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang : Sukses
Offet, 2008.
Faisal Ismail, Drs, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.1,
CV. Bina Usaha, Yogyakarta, 1984.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung
: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Muchtar
Yahya, Bangsa Arab sebelum Islam, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1980.
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Dunia
pustaka jaya, 1997.
[1] Jaih Mubarok, Sejarah
Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal 13
[2]
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kondisi-masyarakat-arab-pada-masa-pra.html
[3] Muchtar Yahya, Bangsa
Arab sebelum Islam, Surabaya:
PT Bina Ilmu, 1980. Hal. 3
[4] Ibid, Hal. 4-5
[5]
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.1, Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984, Hal. 15
[6] Ibid, Hal. 16
[7] Ali Mufrodi, Islam di
kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta:
Logos 1997. Hal 5 -8
[8] Muhammad Ridha, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha, terj, Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1987. Hal. 300.
[9] Ali Mufrodi, Islam di
kawasan Kebudayaan Arab.
Hal 12
[10] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam.Hal. 14
[11] Ali Mufrodi, Islam di
kawasan Kebudayaan Arab.
Hal 8
[12] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Dunia pustaka jaya, 1997. Hal. 2.
[13] Al-Habib Alwi bin Thahir al-Hadda, Sejarah Masuknya Agama Islam di Timur Jauh, terj.
Jakarta: S. Dhiya Shahab, Lentera Sasritama, 1995. Hal 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar