ILMU
AL-QURAN
“KRONOLOGI
AL-QURAN (MAKKIYAH DAN MADANIYAH)”
Dosen:
Prof. Dr. H.
Ahmad Syukri Saleh, MA
Disusun Oeh
:
Ahmad Sholihin Muttaqin
NIM. P.h. 211.5.1525
KONSENTRASI METODOLOGI DAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
PRODI HUKUM ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA IAIN STS JAMBI
2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
|
…………………………………………………………………
|
i
|
DAFTAR ISI
|
…………………………………………………………………
|
ii
|
A.
PENDAHULUAN
|
…………………………………………………………………
|
1
|
B.
PEMBAHASAN
|
…………………………………………………………………
|
2
|
1.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
|
…………………………………………………………………
|
2
|
2.
Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah
|
…………………………………………………………………
|
4
|
3.
Kontekstualisasi Makkiyah dan Madaniyah di Era
Modern
|
…………………………………………………………………
|
9
|
C.
PENUTUP
|
…………………………………………………………………
|
11
|
DAFTAR PUSTAKA
|
…………………………………………………………………
|
12
|
KATA
PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam dan Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.
Dan tidak lupa penulis menghaturkan
ucapan terima kasih kepada bapak dosen Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh, MA yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini. Begitu pula kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang nantinya akan membantu dalam penyempurnaan makalah
ini.
Di dalam makalah ini, penulis membahas
mengenai Kronologi al-Quran (Makkiyah dan Madaniyah) yang merupakan sub bahasan
dalam mata kuliah Studi al-Quran. Tentunya, sebagaimana yang difahami penulis
bahwa pengetahuan seseorang tidaklah mutlak atau bersifat relatif, untuk itu
masih diperlukan perbaikan-perbaikan nantinya jika tredapat kekeliruan.
Harapan penulis, makalah yang
dirangkum dengan pembahasan mengenai kronologi al-Quran ini dapat bermamfaat
dan menambah khazanah keilmuan bagi para pembacanya. Amin.
Jambi, April 2012
Penulis,
Ahmad Sholihin Muttaqin, S.Ud
NIM. P.h. 211.2.1525
KRONOLOGI AL-QURAN (MAKKIYAH DAN MADANIYAH)
A.
PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang lafadznya memiliki kemukjizatan, membacanya termasuk ibadah,
diturunkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dari awal surat al-Fatihah
sampai akhir surat an-Naas.[1]
Sekalipun mushaf al-Quran tidak
tersusun berdasarkan urutan pewahyuan, sejak abad-abad pertama Islam para
sarjana muslim telah menyadari pentingnya pengetahuan tentang penanggalan atau
aransemen kronologis bagian-bagian al-Quran dalam rangka memahami pesan kitab
suci tersebut. Dari kesadaran ini, muncul upaya menghimpun berbagai riwayat
historis tentangnya dan menyusun rangkaian kronologi pewahyuan al-Quran.
Al-Quran juga merupakan pedoman
hidup bagi manusia yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi
di akhirat. Seluruh ajaran Islam pada prinsifnya telah tertuang dalam kitab
suci ini. Isinya sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun
demikian, pemahaman terhadap isi yang dikandungnya tidaklah semudah orang
memahami isi bacaan kitab-kitab atau buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi
yang ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki
metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya itu. Sehingga pesan Ilahi
itu dapat dicerna secara lebih baik dan dapat diamalkan dalam kehidupan
manusia. Salah satu ilmu yang harus difahami dalam mendalami isi al-Quran ialah
tentang kronologi al-Quran (Makkiyah dan Madaniyah), yang akan dipaparkan
penulis dalam pembahasan ini.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Secara etimologi (lughot)
Makkiyah berarti Mekkah dan Madaniyah berarti Madinah. Sedangkan secara
terminologi (ishtilah) ada 4 (empat) perspektif, yaitu:
a.
Perspektif
masa turun
اَلْمَكِيُّ : مَا نَزَلَ قَبْلَ الْهِجْرَةِ
وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَّةَ. وَاْلمَدَنِيُّ : مَا نَزَلَ بَعْدَ الْهِجْرَةِ
وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَدِيْنَةَ فَمَا نَزَلَ بَعْدَ الْهِجْرَةِ وَلَوْ
بِمَكَّةَ اَوْعَرَفَةَ مَدَنِيٌّ.
Artinya : “Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah
ke Madinah, kendatipun bukan turun di Makkah. Sedangkan Madaniyah adalah
ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendati bukan turun
di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyah
walaupun turun di Makkah atau Arafah”.[2]
Bertolak dari pengertian di atas, surat an-Nisa’ (4) ayat 59 termasuk
kategori Madaniyah, walaupun diturunkan di Mekah, yaitu pada peristiwa
terbukanya Kota Mekah (fath al-Makkah),
begitu pula dengan surat al-Ma-idah (5) ayat 3 termasuk kategori Madaniyah
meskipun tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa
haji wada’.[3]
b.
Perspektif
tempat turun
اَلْمَكِيُّ : مَا نَزَلَ بِمَكَّةَ وَمَا
جَاوَرَهَا كَمَنىَ وَعَرَفَةَ وَحُدَيْبِيَّةَ. وَاْلمَدَنِيُّ : مَا نَزَلَ بالمَدِيْنَةِ
وَمَا جَاوَرَهَا كَأُحُدٍ وَقُبَاءَ وَسُلْعَ.
Artinya
: “Makkiyah ialah ayat-ayat yang
turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, ‘Arafah dan Hudabiyah, sedangkan
Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud,
Quba, dan Sul’a”.[4]
Pendefenisian di atas, juga terdapat kelemahan, karena ada ayat-ayat
tertentu yang tidak diturunkan di Mekah, Madinah dan sekitarnya. Seperti surat
at-Taubah (9) ayat 42 diturunkan di Tabuk, surat az-Zukhruf (43) ayat 45,
diturunkan di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah.[5]
c.
Perspektif
objek pembicaraan
اَلْمَكِيُّ : مَا كَانَ خِطَابًا ِلأَهْلِ مَكَّةَ.
وَاْلمَدَنِيُّ : مَا كَانَ خِطَابًا ِلأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ.
Artinya: “Makkiyah
adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah, sedangkah
Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah”.[6]
Menurut sarjana muslim, ayat yang dimulai dengan ungkapan “Ya ayyuha an-Naas” diperuntukkan kepada
orang-orang Mekah, dan ungkapan “Ya
ayyuha al-Laziina Aamanu” diperuntukkan kepada orang-orang Madinah. Namun
surat al-Baqarah (2) yang digolongkan Madaniyah, terdapat ayat yang dimulai
dengan ungkapan “Ya ayyuha an-Naas” yaitu
ayat 21 dan 168.[7]
d.
Perspektif
tema pembicaraan
Adapun pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari perspektif tema
pembicaraan akan disinggung lebih terinci oleh penulis dalam uraian
karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
2.
Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah
Karakter suatu surah/
ayat al-Quran adalah Makkiyah, apabila ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai
berikut:
1.
Dimulai
dengan ungkapan “ya ayyuha-an-Naasu” dan
“ya bani adam” dan sejenisnya,
kecuali surat al-Hajj.
2.
Didalamnya
terdapat lafadh “kalla”. Lafaz ini
hanya terdapat dalam separuh terakhir dari al-Quran dan disebutkan sebanyak 33
kali dalam 15 surat.
3.
Didalamnya
terdapat ayat-ayat sajdah (sunnat bersujud tilwah).
4.
Didalamnya
terdapat cerita-cerita para Nabi dan Umat-umat terdahulu, selain surah
al-Baqarah dan al-Maidah. Seperti Yunus, Yusuf, Huth, Ibrahim, al-Kahfi,
Maryam. Thaha dan sebagainya.
5.
Pada
permulaannya terdapat atau huruf-huruf muqotha’ah (huruf terpotong-potong). seperti
S. Shaad, S. as-Syura, S. as-Syua’ra, A. al-A’raf dan S. al-Ankabut.
6.
Didalamnya
berisi cerita-cerita terhadap kemusrikan dan penyembuhan-penyembuhan kepada
selain Allah SWT.
7.
Didalamnya
berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-orang kafir dan orang musrik
yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan dan
lain sebagainya.
8.
Didalamnya
berisi penjelasan dengan bukti-bukti argumentasi dari alam ciptaan Allah SWT.
Yang dapat menyadarkan orang-orang kafir untuk untuk beriman kepada Allah SWT
dan percaya kepada Rasul dan Kitab-kitab suci, hari kiamat dan sebagainya.
9.
Berisi
sejarah prinsip-prinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial yang tinggi, yang
dijelaskan dengan sangat mengagumkan sehingga menyebabkan orang benci kepada
kekafiran, kemusrikan, kefasikan, kekerasan, taat setia, kasih sayang, ikhlas,
hormat, rendah hati dan sebagainya.
10.
Berisi
nasehat-nasehat petunjuk dan ibarat-ibarat dari balik yang dapat menyadarkan
bahwa kekafiran, kedurhakaan, dan pembangkangan umat itu hanya mengakibatkan
kehancuran dan kesengsaraan saja.
11.
Kebanyakan
surat/ ayat-ayatnya pendek-pendek, karena menggunakan bentuk ijaz (singkat
padat). Bentuk tersebut ditujukan kepada orang-orang Quraisy Mekkah yang
umumnya pakar bahasa Arab.[8]
Salah satu
riwayat aransemen kronologis al-Quran yang paling berpengaruh di kalangan kaum
muslimin adalah yang bersumber dari Ibn Abbas. Dalam riwayat ini, 85 surat
al-Quran dikategorikan sebagai Makkiyah dan 28 surat lainnya sebagai Madaniyah.
Surat 1 tidak terdapat di dalam aransemen tersebut.
Susunan
kronologis surat-surat Makkiyah menurut riwayat Ibn Abbas adalah sebagai
berikut: al-An’am (6), al-A’raf (7), Yunus (10), Hud (11), Yusuf (12), Ibrahim
(14), al-Hijr (15), an-Nahl (16), al-Isra’ (17), al-Kahfi (18), Maryam (19), Thaha
(20), al-Anbiya’ (21), al-Mukminun (23), al-Furqan (25), asy-Syu’ara’ (26),
an-Naml (27), al-Qhasas (28), al-Ankabut (29), ar-Rum (30), Luqman (31),
as-Sajadah (32), Saba’ (34), Fatir (35), Yasin (36), as-Shaffat (37), Shad
(38), az-Zumar (39), al-Mu’min (40), Fushshilat (41), asy-Syura (42),
az-Zukhruf (43), ad-Dukhan (44), al-Jasiyah (45), al-Ahqaf (46), Qaf (50),
az-Zariyat (51), at-Tur (52), an-Najm (53), al-Qamar (54), al-Waqi’ah (56)
al-Mulk (67), al-Qalam (68), al-Haqqah (69), al-Ma’arij (70), Nuh (71), al-Jin (72),
al-Muzammil (73), al-Mudatstsir (74), al-Qiyamah (75), al-Mursalat (77),
an-Naba’ (78), an-Nazi’at (79), ‘Abasa (80), at-Takwir (81), al-Infithar (82), al-Muthaffifin
(83), al-Insyiqaq (84), al-Buruj (85), at-Thariq (86), al-A’la (87), al-Ghaasiyah
(88), al-Fajr (89), al-Balad (90), asy-Syams (91), al-Lail (92), ad-Duha (93),
al-Insyirah (94), at-Tin (95), al-‘Alaq (96), al-Qadar (97), al-‘Adiyat (100),
al-Qari’ah (101), at-Takatsur (102), al-’Asr (103), al-Humazah (104), al-Fil
(105), al-Qurays (106), al-Ma’un (107), al-Kautsar (108), al-Kafirun (109), al-Lahab
(111), al-Ikhlas (112), al-Falaq (113), an-Naas (114).[9]
Belakangan,
riwayat susunan kronologis surat-surat al-Quran yang dinisbatkan kepada Ibn Abbas
itu diterima secara luas dan diberi sanksi ortodoksi. Dengan sedikit perubahan,
riwayat susunan kronologis tersebut diadopsi para penyunting al-Quran edisi
standar Mesir (1923), dengan menetapkan 86 surat berasal dari masa sebelum
hijrah (Makkiyah) – yakni dengan memasukkan surat 1 ke dalamnya –.[10]
Karakter sesuatu surah/ ayat adalah
Madaniyah, apabila ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutamaan
jihadm kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan
peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
2.
Mengkhitabi
Ahli Kitab Yahudi dan Nashrani dan mengajaknya masuk Islam, juga menguraikan
perbuatan mereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran
serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
3.
Mengungkapkan
langkah-langkah orang-orang munafik.
4.
Surat
dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang
dan menggunakan ushlub yang terang pula.
5.
Didalamnya
berisi hukum-hukum faraidl, seperti dalam surat al-Baqarah, an-Nisa’,
al-Maidah.
6.
Berisi
izin jihad fi sabilillah dan hukum-hukumnya, seperti talak, ataupun mengenai
hadlonah, seperti dalam surat al-Baqarah, al-Anfal, at-Taubah dan al-Hajj.
7.
Berisi
hukum-hukum Munakahat. Baik mengenai nikah, talak atau mengenai hadlonah,
seperti, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa’, Al-Maidah,
an-Nur, al-Mumtahanh, at-Thalak dan sebagainya.
8.
Berisi
hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti masalah permusyawaratan,
kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan pergaulan dan sebagainya seperti dalam
surah : al-Baqarah, Ali Imran, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hujarat dan
sebagainya.
9.
Berisi
da’wah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta
penjelasan-penjelasan akidah mereka yang menyimpang, seperti dalam surah :
al-Baqarah, Ali Imran, al-Fath, al-Hajt, al-Hjarat dan sebagainya.
10.
Berisi
ayat-ayat nida’ yang ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam dan Khithab
(perintah) : “Ya Ayyuhal ladzini amanu” yang dalam al-Qur’an ada 219 ayat.
11.
Kebanyakan
surah/ ayat-ayatnya panjang-panjang sebab ditujukan kepada penduduk Madinah
yang Islam yang orang-orangnya banyak yang kurang terpelajar, sehingga perlu
dengan ungkapan yang luas agar jelas.[11]
Sementara
aransemen kronologis surat-surat Madaniyah ada 28 surat, yaitu: al-Baqarah (2),
Ali ‘Imran (3), an-Nisa (4), al-Maidah (5) al-Anfal (8), at-Taubah (9) ar-Ra’d
(13), al-Hajj (22), an-Nur (24), al-Ahzab (33), Muhammad (47), al-Fath (48),
al-Hujurat (49), ar-Rahman (55), al-Hadid (57), al-Mujadilah (58), al-Hasyr
(59), al-Mumtahanah (60), as-Saff (61), al-Jumu’ah (62), al-Munafiqun (63),
at-Taghabun (64), at-Talaq (65), at-Tahrim (66), ad-Dahr (76), al-Bayyinah
(98), al-Zalzalah (99), an-Nasr (110).[12]
Selain itu
juga, menurut Dr. Abdullah Syahhatah dari segi Makkiyah dan Madaniyah ini maka
surat-surat al-Qur’an dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :
1.
Surat-surat
Makkiyah murni
Yaitu surah-surah Makkiyah yang
seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makkiyah, tidak ada satupun yang Madaniyah,
surat-surat yang berstatus murni ini seluruhnya ada 58 surat yang berisi 2.074
ayat. Contohnya seperti surat-surat al-Fatihah, Yunus, ar-Ra’du, al-Anbiya’,
al-Mukminun, an-Namisat, al-Fatir, surah-surah yang pendek-pendek pada jus 30
kecuali surah an-Nashr.
2.
Surat-surat
Madaniyah murni
Yaitu
surat-surat Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaniyah. Tidak ada satu
ayat pun yang Makkiyah. Surat-surat yang berstatus Madaniyah murni ini
seluruhnya ada 18 surat yang terdiri dari 737 ayat. Seperti surah-surah
al-Imran, an-Nisa’, an-Nur, al-Ahzab, al-Hujarat, al-Muntahanah, az-Zalzalah
dan sebagainya.
3.
Surat-surat
Makkiyah yang berisi ayat Makkiyah
Yaitu surat-surat yang sebetulnya
kebanyakannya ayatnya adalah Makkiyah, sehingga berstatus Makkiyah, tetapi
didalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah, surat-surat yang
demikian ini dalam al-Qur’an ada 32 surah yang terdiri dari 2.699 ayat.
Contohnya, antara lain seperti surah : al-An’am, al-A’raf, al-Waqiah, Hud, Yusuf,
Ibrahim dan sebagainya.
4.
Surat-surat
Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.
Yaitu
surat-surat yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah, surat-surat yang
demikian ini, dalam al-Qur’an Madaniyah, surah-surah yang demikian ini, dalam
al-Qur’an hanya ada 6 surah yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surat-surat :
al-Baqarah, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hajj, Muhammad dan surat
al-Qital.
Jadi dari
beberapa uraian di atas diketahui bahwa dalam al-Qur’an terdapat : 114 surat
dan 6236 ayat.[13]
3.
Kontekstualisasi Makkiyah dan Madaniyah di Era Modern
Setelah
sedikit banyaknya kita memahami mengenai Makkiyah dan Madaniyah, maka
pertanyaan yang timbul apakah kontekstualisasinya tersebut di era modern saat
ini.
Perbedaan dari segi konteks kalimat:
1. Sebagian besar surat Makiyah
mempunyai cara penyampaian yang keras dalam konteks pembicaraan karena
ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas adalah pembangkang lagi sombong dan
hal tersebut sangat pantas bagi mereka. Seperti surat Al-Muddatstsir dan
Al-Qamar. Sedangkan sebagian besar surat Madaniyah mempunyai penyampaian lembut
dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas
menerima dakwah. Seperti surat Al-Ma’idah.
2. Sebagian besar surat Makiyah pendek
dan di dalamnya banyak terjadi perdebatan (antara para Rasul dengan kaumnya),
karena kebanyakan ditujukan kepada orang-orang yang memusuhi dan menentang,
sehingga konteks kalimat yang digunakan disesuaikan dengan keadaan mereka. Seperti
surat Ath-Thur. Adapun surat Madaniyah kebanyakan panjang dan berisi tentang
hukum-hukum tanpa ada perdebatan karena keadaan mereka yang menerima. Seperti ayat
tentang hutang pada surat Al-Baqarah (ayat 282).[14]
Intinya,
ketika memahami surat makkiyah dan madaniyah di era modern ini kita perlu
memahaminya dari sisi kontekstual sebagaimana disampaikan ahli tafsir dalam
kitab-kitabnya, apabila secara tekstual saja akan terdapat permahaman yang
keliru karena kurang bersesuaiannya disaat era masa kini/ modern. Sebagaimana
disampaikan penulis di awal bahwa isi al-Quran sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya secara lebih
mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat.
C.
PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapatlah
diambil kesimpulan bahwa:
1. Secara perspektif masa turun, Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Makkah. Sedangkan
Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah,
kendati bukan turun di Madinah.
2.
Karakteristik ayat Makiyah dan Madaniyah banyak
sekali di utarakan salah satunya
Makkiyah dimulai dengan ungkapan
“ya ayyuha-an-Naasu” dan Madaniyah dengan
ungkapan “Ya Ayyuhal ladzini amanu”,
kecuali surat al-Hajj.“
3.
Kontekstualisasi
ayat Makkiyah dan Madaniyah sangatlah diperlukan, sebagaimana
disampaikan ahli tafsir dalam kitab-kitabnya. Apabila kita memahami secara
tekstual saja akan terdapat permahaman yang keliru karena kurang bersesuaiannya
disaat era masa kini/ modern. Sebagaimana disampaikan penulis di awal bahwa isi al-Quran sangat universal, sesuai
untuk segala zaman dan makan. Oleh karena itu, bagi yang
ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki
metode-metode yang relevan dan tepat.
Sebagai penutup, penulis mengakui adanya kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan yang berbentuk
kritik, saran dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abu Anwar, M.Ag, ulumul Quran: Sebuah Pengantar, (Pekanbaru:
Amzah, 2002)
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1999)
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi al-Quran, (Bandung: Pustaka Kautsar, 2000
Prof. Dr. Syeikh Muhammad, Studi Al Qur’an Al Karim, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.
Tengku Muhammad Hasbi
Ash-Siddieqy, Ilmu-ilmu Al-Quran, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1988)
Taufik Adnan Amal, Asbabun Nuzul
dan Kronologi Al-Quran, akses tanggal 21 April 2012
Nurchozin, Ayat Makkiyah dan
Madaniyah, akses tanggal 21 April 2012 http://adiebreezha.blogspot.com/2010/12/ayat-ayat-makkiyah-wal-madaniyah.html
[1] Prof. Dr. Syeikh Muhammad,
Studi Al Qur’an Al Karim, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002),
hlm. 40
[2] Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum
Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia,
1999), hlm. 102
[3] Syaikh Manna’ Al-Qaththan,
Pengantar Studi al-Quran, (Bandung: Pustaka Kautsar,
2000), hlm. 61
[4] Rosihon Anwar, Ulum
Al-Quran, hlm. 103
[5] Al-Qaththan, Pengantar Studi al-Quran, hlm. 62
[6] Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum
Al-Quran, hlm. 105
[7] Al-Qaththan, Pengantar Studi al-Quran, hlm. 63
[8] Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah, akses
tanggal 21 April 2012
[9] Taufik Adnan Amal, Asbabun Nuzul
dan Kronologi Al-Quran, akses tanggal 21 April 2012
[10] Ibid,.
[11] Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah.
[12] Taufik Adnan Amal, Asbabun Nuzul
dan Kronologi Al-Quran.
[13] Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar