Laman

Selasa, 10 April 2012

KRONOLOGI AL-QURAN (MAKKIYAH DAN MADANIYAH)

ILMU AL-QURAN
“KRONOLOGI AL-QURAN (MAKKIYAH DAN MADANIYAH)”


Dosen:
Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh, MA

oke






Disusun Oeh :
Ahmad Sholihin Muttaqin
NIM. P.h. 211.5.1525







KONSENTRASI METODOLOGI DAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
PRODI HUKUM ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA IAIN STS JAMBI
2012


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………
i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………
ii
A.     PENDAHULUAN
…………………………………………………………………
1
B.      PEMBAHASAN
…………………………………………………………………
2
1.      Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

…………………………………………………………………

2
2.      Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah

…………………………………………………………………

4
3.      Kontekstualisasi Makkiyah dan Madaniyah di Era Modern



…………………………………………………………………



9
C.      PENUTUP
…………………………………………………………………
11
DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………………………………
12
                                                                                                                             





KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.
Dan tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada bapak dosen Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh, MA yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Begitu pula kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang nantinya akan membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
Di dalam makalah ini, penulis membahas mengenai Kronologi al-Quran (Makkiyah dan Madaniyah) yang merupakan sub bahasan dalam mata kuliah Studi al-Quran. Tentunya, sebagaimana yang difahami penulis bahwa pengetahuan seseorang tidaklah mutlak atau bersifat relatif, untuk itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan nantinya jika tredapat kekeliruan.
Harapan penulis, makalah yang dirangkum dengan pembahasan mengenai kronologi al-Quran ini dapat bermamfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi para pembacanya. Amin.
Jambi, April 2012
Penulis,



Ahmad Sholihin Muttaqin, S.Ud
NIM. P.h. 211.2.1525



KRONOLOGI AL-QURAN (MAKKIYAH DAN MADANIYAH)
A.     PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafadznya memiliki kemukjizatan, membacanya termasuk ibadah, diturunkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Naas.[1]
Sekalipun mushaf al-Quran tidak tersusun berdasarkan urutan pewahyuan, sejak abad-abad pertama Islam para sarjana muslim telah menyadari pentingnya pengetahuan tentang penanggalan atau aransemen kronologis bagian-bagian al-Quran dalam rangka memahami pesan kitab suci tersebut. Dari kesadaran ini, muncul upaya menghimpun berbagai riwayat historis tentangnya dan menyusun rangkaian kronologi pewahyuan al-Quran.
Al-Quran juga merupakan pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat. Seluruh ajaran Islam pada prinsifnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun demikian, pemahaman terhadap isi yang dikandungnya tidaklah semudah orang memahami isi bacaan kitab-kitab atau buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya itu. Sehingga pesan Ilahi itu dapat dicerna secara lebih baik dan dapat diamalkan dalam kehidupan manusia. Salah satu ilmu yang harus difahami dalam mendalami isi al-Quran ialah tentang kronologi al-Quran (Makkiyah dan Madaniyah), yang akan dipaparkan penulis dalam pembahasan ini.


B.      PEMBAHASAN
1.      Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Secara etimologi (lughot) Makkiyah berarti Mekkah dan Madaniyah berarti Madinah. Sedangkan secara terminologi (ishtilah) ada 4 (empat) perspektif, yaitu:
a.      Perspektif masa turun
اَلْمَكِيُّ : مَا نَزَلَ قَبْلَ الْهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَّةَ. وَاْلمَدَنِيُّ : مَا نَزَلَ بَعْدَ الْهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَدِيْنَةَ فَمَا نَزَلَ بَعْدَ الْهِجْرَةِ وَلَوْ بِمَكَّةَ اَوْعَرَفَةَ مَدَنِيٌّ.
Artinya : “Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Makkah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendati bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyah walaupun turun di Makkah atau Arafah”.[2]
Bertolak dari pengertian di atas, surat an-Nisa’ (4) ayat 59 termasuk kategori Madaniyah, walaupun diturunkan di Mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya Kota Mekah (fath al-Makkah), begitu pula dengan surat al-Ma-idah (5) ayat 3 termasuk kategori Madaniyah meskipun tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada’.[3]
b.      Perspektif tempat turun
اَلْمَكِيُّ : مَا نَزَلَ بِمَكَّةَ وَمَا جَاوَرَهَا كَمَنىَ وَعَرَفَةَ وَحُدَيْبِيَّةَ. وَاْلمَدَنِيُّ : مَا نَزَلَ بالمَدِيْنَةِ وَمَا جَاوَرَهَا كَأُحُدٍ وَقُبَاءَ وَسُلْعَ.
Artinya :   “Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, ‘Arafah dan Hudabiyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sul’a”.[4]
Pendefenisian di atas, juga terdapat kelemahan, karena ada ayat-ayat tertentu yang tidak diturunkan di Mekah, Madinah dan sekitarnya. Seperti surat at-Taubah (9) ayat 42 diturunkan di Tabuk, surat az-Zukhruf (43) ayat 45, diturunkan di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah.[5]
c.       Perspektif objek pembicaraan
اَلْمَكِيُّ : مَا كَانَ خِطَابًا ِلأَهْلِ مَكَّةَ. وَاْلمَدَنِيُّ : مَا كَانَ خِطَابًا ِلأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ.
Artinya: “Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah, sedangkah Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah”.[6]
Menurut sarjana muslim, ayat yang dimulai dengan ungkapan “Ya ayyuha an-Naas” diperuntukkan kepada orang-orang Mekah, dan ungkapan “Ya ayyuha al-Laziina Aamanu” diperuntukkan kepada orang-orang Madinah. Namun surat al-Baqarah (2) yang digolongkan Madaniyah, terdapat ayat yang dimulai dengan ungkapan “Ya ayyuha an-Naas” yaitu ayat 21 dan 168.[7]
d.      Perspektif tema pembicaraan
Adapun pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari perspektif tema pembicaraan akan disinggung lebih terinci oleh penulis dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.

2.      Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah
Karakter suatu surah/ ayat al-Quran adalah Makkiyah, apabila ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1.        Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha-an-Naasu” dan “ya bani adam” dan sejenisnya, kecuali surat al-Hajj.
2.        Didalamnya terdapat lafadh “kalla”. Lafaz ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari al-Quran dan disebutkan sebanyak 33 kali dalam 15 surat.
3.        Didalamnya terdapat ayat-ayat sajdah (sunnat bersujud tilwah).
4.        Didalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan Umat-umat terdahulu, selain surah al-Baqarah dan al-Maidah. Seperti Yunus, Yusuf, Huth, Ibrahim, al-Kahfi, Maryam. Thaha dan sebagainya.
5.        Pada permulaannya terdapat atau huruf-huruf muqotha’ah (huruf terpotong-potong). seperti S. Shaad, S. as-Syura, S. as-Syua’ra, A. al-A’raf dan S. al-Ankabut.
6.        Didalamnya berisi cerita-cerita terhadap kemusrikan dan penyembuhan-penyembuhan kepada selain Allah SWT.
7.        Didalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-orang kafir dan orang musrik yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan dan lain sebagainya.
8.        Didalamnya berisi penjelasan dengan bukti-bukti argumentasi dari alam ciptaan Allah SWT. Yang dapat menyadarkan orang-orang kafir untuk untuk beriman kepada Allah SWT dan percaya kepada Rasul dan Kitab-kitab suci, hari kiamat dan sebagainya.
9.        Berisi sejarah prinsip-prinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial yang tinggi, yang dijelaskan dengan sangat mengagumkan sehingga menyebabkan orang benci kepada kekafiran, kemusrikan, kefasikan, kekerasan, taat setia, kasih sayang, ikhlas, hormat, rendah hati dan sebagainya.
10.    Berisi nasehat-nasehat petunjuk dan ibarat-ibarat dari balik yang dapat menyadarkan bahwa kekafiran, kedurhakaan, dan pembangkangan umat itu hanya mengakibatkan kehancuran dan kesengsaraan saja.
11.    Kebanyakan surat/ ayat-ayatnya pendek-pendek, karena menggunakan bentuk ijaz (singkat padat). Bentuk tersebut ditujukan kepada orang-orang Quraisy Mekkah yang umumnya pakar bahasa Arab.[8]
Salah satu riwayat aransemen kronologis al-Quran yang paling berpengaruh di kalangan kaum muslimin adalah yang bersumber dari Ibn Abbas. Dalam riwayat ini, 85 surat al-Quran dikategorikan sebagai Makkiyah dan 28 surat lainnya sebagai Madaniyah. Surat 1 tidak terdapat di dalam aransemen tersebut.
Susunan kronologis surat-surat Makkiyah menurut riwayat Ibn Abbas adalah sebagai berikut: al-An’am (6), al-A’raf (7), Yunus (10), Hud (11), Yusuf (12), Ibrahim (14), al-Hijr (15), an-Nahl (16), al-Isra’ (17), al-Kahfi (18), Maryam (19), Thaha (20), al-Anbiya’ (21), al-Mukminun (23), al-Furqan (25), asy-Syu’ara’ (26), an-Naml (27), al-Qhasas (28), al-Ankabut (29), ar-Rum (30), Luqman (31), as-Sajadah (32), Saba’ (34), Fatir (35), Yasin (36), as-Shaffat (37), Shad (38), az-Zumar (39), al-Mu’min (40), Fushshilat (41), asy-Syura (42), az-Zukhruf (43), ad-Dukhan (44), al-Jasiyah (45), al-Ahqaf (46), Qaf (50), az-Zariyat (51), at-Tur (52), an-Najm (53), al-Qamar (54), al-Waqi’ah (56) al-Mulk (67), al-Qalam (68), al-Haqqah (69), al-Ma’arij (70), Nuh (71), al-Jin (72), al-Muzammil (73), al-Mudatstsir (74), al-Qiyamah (75), al-Mursalat (77), an-Naba’ (78), an-Nazi’at (79), ‘Abasa (80), at-Takwir (81), al-Infithar (82), al-Muthaffifin (83), al-Insyiqaq (84), al-Buruj (85), at-Thariq (86), al-A’la (87), al-Ghaasiyah (88), al-Fajr (89), al-Balad (90), asy-Syams (91), al-Lail (92), ad-Duha (93), al-Insyirah (94), at-Tin (95), al-‘Alaq (96), al-Qadar (97), al-‘Adiyat (100), al-Qari’ah (101), at-Takatsur (102), al-’Asr (103), al-Humazah (104), al-Fil (105), al-Qurays (106), al-Ma’un (107), al-Kautsar (108), al-Kafirun (109), al-Lahab (111), al-Ikhlas (112), al-Falaq (113), an-Naas (114).[9]
Belakangan, riwayat susunan kronologis surat-surat al-Quran yang dinisbatkan kepada Ibn Abbas itu diterima secara luas dan diberi sanksi ortodoksi. Dengan sedikit perubahan, riwayat susunan kronologis tersebut diadopsi para penyunting al-Quran edisi standar Mesir (1923), dengan menetapkan 86 surat berasal dari masa sebelum hijrah (Makkiyah) – yakni dengan memasukkan surat 1 ke dalamnya –.[10]
Karakter sesuatu surah/ ayat adalah Madaniyah, apabila ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1.        Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutamaan jihadm kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
2.        Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nashrani dan mengajaknya masuk Islam, juga menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
3.        Mengungkapkan langkah-langkah orang-orang munafik.
4.        Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula.
5.        Didalamnya berisi hukum-hukum faraidl, seperti dalam surat al-Baqarah, an-Nisa’, al-Maidah.
6.        Berisi izin jihad fi sabilillah dan hukum-hukumnya, seperti talak, ataupun mengenai hadlonah, seperti dalam surat al-Baqarah, al-Anfal, at-Taubah dan al-Hajj.
7.        Berisi hukum-hukum Munakahat. Baik mengenai nikah, talak atau mengenai hadlonah, seperti, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa’, Al-Maidah, an-Nur, al-Mumtahanh, at-Thalak dan sebagainya.
8.        Berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti masalah permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan pergaulan dan sebagainya seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hujarat dan sebagainya.
9.        Berisi da’wah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta penjelasan-penjelasan akidah mereka yang menyimpang, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, al-Fath, al-Hajt, al-Hjarat dan sebagainya.
10.    Berisi ayat-ayat nida’ yang ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam dan Khithab (perintah) : “Ya Ayyuhal ladzini amanu” yang dalam al-Qur’an ada 219 ayat.
11.    Kebanyakan surah/ ayat-ayatnya panjang-panjang sebab ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam yang orang-orangnya banyak yang kurang terpelajar, sehingga perlu dengan ungkapan yang luas agar jelas.[11]
Sementara aransemen kronologis surat-surat Madaniyah ada 28 surat, yaitu: al-Baqarah (2), Ali ‘Imran (3), an-Nisa (4), al-Maidah (5) al-Anfal (8), at-Taubah (9) ar-Ra’d (13), al-Hajj (22), an-Nur (24), al-Ahzab (33), Muhammad (47), al-Fath (48), al-Hujurat (49), ar-Rahman (55), al-Hadid (57), al-Mujadilah (58), al-Hasyr (59), al-Mumtahanah (60), as-Saff (61), al-Jumu’ah (62), al-Munafiqun (63), at-Taghabun (64), at-Talaq (65), at-Tahrim (66), ad-Dahr (76), al-Bayyinah (98), al-Zalzalah (99), an-Nasr (110).[12]
Selain itu juga, menurut Dr. Abdullah Syahhatah dari segi Makkiyah dan Madaniyah ini maka surat-surat al-Qur’an dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :
1.      Surat-surat Makkiyah murni
Yaitu surah-surah Makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makkiyah, tidak ada satupun yang Madaniyah, surat-surat yang berstatus murni ini seluruhnya ada 58 surat yang berisi 2.074 ayat. Contohnya seperti surat-surat al-Fatihah, Yunus, ar-Ra’du, al-Anbiya’, al-Mukminun, an-Namisat, al-Fatir, surah-surah yang pendek-pendek pada jus 30 kecuali surah an-Nashr.
2.      Surat-surat Madaniyah murni
Yaitu surat-surat Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaniyah. Tidak ada satu ayat pun yang Makkiyah. Surat-surat yang berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya ada 18 surat yang terdiri dari 737 ayat. Seperti surah-surah al-Imran, an-Nisa’, an-Nur, al-Ahzab, al-Hujarat, al-Muntahanah, az-Zalzalah dan sebagainya.
3.      Surat-surat Makkiyah yang berisi ayat Makkiyah
Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakannya ayatnya adalah Makkiyah, sehingga berstatus Makkiyah, tetapi didalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah, surat-surat yang demikian ini dalam al-Qur’an ada 32 surah yang terdiri dari 2.699 ayat. Contohnya, antara lain seperti surah : al-An’am, al-A’raf, al-Waqiah, Hud, Yusuf, Ibrahim dan sebagainya.
4.      Surat-surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.
Yaitu surat-surat yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah, surat-surat yang demikian ini, dalam al-Qur’an Madaniyah, surah-surah yang demikian ini, dalam al-Qur’an hanya ada 6 surah yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surat-surat : al-Baqarah, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hajj, Muhammad dan surat al-Qital.
Jadi dari beberapa uraian di atas diketahui bahwa dalam al-Qur’an terdapat : 114 surat dan 6236 ayat.[13]

3.      Kontekstualisasi Makkiyah dan Madaniyah di Era Modern
Setelah sedikit banyaknya kita memahami mengenai Makkiyah dan Madaniyah, maka pertanyaan yang timbul apakah kontekstualisasinya tersebut di era modern saat ini.
Perbedaan dari segi konteks kalimat:
1.      Sebagian besar surat Makiyah mempunyai cara penyampaian yang keras dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas adalah pembangkang lagi sombong dan hal tersebut sangat pantas bagi mereka. Seperti surat Al-Muddatstsir dan Al-Qamar. Sedangkan sebagian besar surat Madaniyah mempunyai penyampaian lembut dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas menerima dakwah. Seperti surat Al-Ma’idah.
2.      Sebagian besar surat Makiyah pendek dan di dalamnya banyak terjadi perdebatan (antara para Rasul dengan kaumnya), karena kebanyakan ditujukan kepada orang-orang yang memusuhi dan menentang, sehingga konteks kalimat yang digunakan disesuaikan dengan keadaan mereka. Seperti surat Ath-Thur. Adapun surat Madaniyah kebanyakan panjang dan berisi tentang hukum-hukum tanpa ada perdebatan karena keadaan mereka yang menerima. Seperti ayat tentang hutang pada surat Al-Baqarah (ayat 282).[14]
Intinya, ketika memahami surat makkiyah dan madaniyah di era modern ini kita perlu memahaminya dari sisi kontekstual sebagaimana disampaikan ahli tafsir dalam kitab-kitabnya, apabila secara tekstual saja akan terdapat permahaman yang keliru karena kurang bersesuaiannya disaat era masa kini/ modern. Sebagaimana disampaikan penulis di awal bahwa isi al-Quran sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat.


C.      PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa:
1.      Secara perspektif masa turun, Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Makkah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendati bukan turun di Madinah.
2.      Karakteristik ayat Makiyah dan Madaniyah banyak sekali di utarakan  salah satunya Makkiyah dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha-an-Naasu” dan Madaniyah dengan ungkapan “Ya Ayyuhal ladzini amanu”, kecuali surat al-Hajj.
3.       Kontekstualisasi ayat Makkiyah dan Madaniyah sangatlah diperlukan, sebagaimana disampaikan ahli tafsir dalam kitab-kitabnya. Apabila kita memahami secara tekstual saja akan terdapat permahaman yang keliru karena kurang bersesuaiannya disaat era masa kini/ modern. Sebagaimana disampaikan penulis di awal bahwa isi al-Quran sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat.
Sebagai penutup, penulis mengakui adanya kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan yang berbentuk kritik, saran dari para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abu Anwar, M.Ag, ulumul Quran: Sebuah Pengantar, (Pekanbaru: Amzah, 2002)

Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi  al-Quran, (Bandung: Pustaka Kautsar, 2000

Prof. Dr. Syeikh Muhammad, Studi Al Qur’an Al  Karim, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.

Tengku Muhammad Hasbi Ash-Siddieqy, Ilmu-ilmu Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988)

Taufik Adnan Amal, Asbabun Nuzul dan Kronologi Al-Quran, akses tanggal 21 April 2012
Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah, akses tanggal 21 April 2012 http://adiebreezha.blogspot.com/2010/12/ayat-ayat-makkiyah-wal-madaniyah.html






[1] Prof. Dr. Syeikh Muhammad, Studi Al Qur’an Al  Karim, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), hlm. 40
[2] Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 102
[3] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi  al-Quran, (Bandung: Pustaka Kautsar, 2000), hlm. 61
[4] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hlm. 103
[5] Al-Qaththan, Pengantar Studi  al-Quran, hlm. 62
[6] Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum Al-Quran, hlm. 105
[7] Al-Qaththan, Pengantar Studi  al-Quran, hlm. 63
[8] Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah, akses tanggal 21 April 2012
[9] Taufik Adnan Amal, Asbabun Nuzul dan Kronologi Al-Quran, akses tanggal 21 April 2012
[10] Ibid,.
[11] Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah.
[12] Taufik Adnan Amal, Asbabun Nuzul dan Kronologi Al-Quran.
[13] Nurchozin, Ayat Makkiyah dan Madaniyah.
[14] Ibid,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar