Kamis, 03 Mei 2012

PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM

SEJARAH PERADABAN ISLAM
“PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM”


Dosen:
Dr. H. Muhammad Fadhil, M.Ag

oke






Disusun Oeh :
Ahmad Sholihin Muttaqin
NIM. P.h. 211.5.1525







KONSENTRASI METODOLOGI DAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
PRODI HUKUM ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA IAIN STS JAMBI
2012


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.
Dan tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada bapak dosen Dr. H. Muhammad Fadhil, M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Begitu pula kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang nantinya akan membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
Di dalam makalah ini, penulis membahas mengenai Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam yang merupakan sub bahasan dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Tentunya, sebagaimana yang difahami penulis bahwa pengetahuan seseorang tidaklah mutlak atau bersifat relatif, untuk itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan nantinya jika tredapat kekeliruan.
Harapan penulis, makalah yang dirangkum dengan pembahasan mengenai peradaban bangsa Arab sebelum datangnya ajaran agama Islam ini dapat bermamfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi para pembacanya. Amin.
Jambi, Mei 2012
Penulis,



Ahmad Sholihin Muttaqin, S.Ud
NIM. P.h. 211.2.1525





PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
A.     PENDAHULUAN
Bangsa Arab sebelum datangnya Islam lekat dengan moral dan perilaku yang sangat rusak, sehingga mereka dikatakan sebagai kaum Jahiliyah (kaum yang bodoh), selain itu mereka juga percaya kepada tahayyul, tenung, perbintangan dan lain-lain. Bangsa Arab juga mempunyai kebiasaan berjudi dan minum-minuman keras. Pekerjaan ini dilakukan secara bersama-sama, bahkan tak jarang dari mereka suka merampok, sehingga menyebabkan terjadinya perkelahian antar suku.
Namun bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di Mekah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam,[1]
Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Qur’an hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Qur’an, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan tradisinya.
Dari latar belakang masalah diatas, kami merasa tertarik untuk lebih mengkaji masalah diatas yang kami tuangkan dalam pembuatan makal ini yang berjudul “Peradaban Bangsa Arab sebelum Islam”.


B.      PEMBAHASAN
  1. Geografis Jazirah Arab Pra-Islam
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”. Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”. Dilihat dari peta, Jazirah Arab berbentuk persegi panjang yang sisi-sisinya tidak sejajar.[2]  Dan batas-batas semenanjung atau jazirah Arab adalah sebagai berikut:
·         Bagian selatan      : Lautan Hindia
·         Bagian timur         : Teluk Arab (dahulu Teluk Persia)
·         Bagian utara         : Gurun Iraq dan gurun Syam (sekarang Syiria)
·         Bagian barat         : Laut Merah
Panjangnya 1.000 km dan lebarnya ±1.000 km. Jazirah Arab hampir 5/6 daerahnya terdiri dari padang pasir, maka sungai sangat jarang terdapat di jazirah Arab dan hanya ada perigi atau oase di tengah-tengah padang pasir.[3]
Jazirah Arab terbagi atas 2 bagian, yakni bagian tepi dan bagian tengah. Bagian tepi, serupa dengan sebuah pita kecil yang melingkari jazirah Arab, hanya pita tersebut agak lebar pada bertemunya laut merah dengan lautan Hindia. Pada jazirah Arab ini boleh dikatakan hujan turun cukup teratur, oleh karena itu penduduknya tiada yag mengembara melainkan menetap di tempatnya. Sedangkan bagian tengah, terdiri dari pegunungan yang curah hujannya sangat sedikit, penduduknya pun secara otomatis sedikit, yaitu kaum pengembara. Bagian tengah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
·         Bagian utara disebut “Najed”
·         Bagian Selatan disebut “Al Ahqaf”
Jazirah Arab terbagi kepada lima daerah, yaitu:
1.      Hijaz, kotanya adalah Makkah, Madinah dan Thaif.
2.      Yaman, terletak di bagian selatan diantaranya adalah San’a yang merupakan ibukota Yaman zaman dahulu.
3.      Najed, terletak di bagian tengah jazirah Arab.
4.      Tihamah, terletak antara Hijaz dan Yaman.
5.      Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed.[4]

  1.  Asal Usul Masyarakat Arab
Jenis-jenis bangsa Arab dipandang dari segi cara hidupnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Penduduk gurun “Badui”.
Penduduk Badui (baidah), yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya, dan tidak diketahui lagi keberadaannya kecuali karena tersebut di dalam kitab suci, seperti kaum ‘Ad dan Tsamud. Cara hidup mereka adalah suka berpundah-pindah, mengembara untuk mencari tanah yang dapat ditanami, mata air dan padang rumput untuk menggembala binatang ternak.  Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira lima puluh tahun sebelum Islam. Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang-perangan. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.[5]
2.      Penduduk negeri “Ahlul Hadlar”.
Penduduk negeri dalah penduduk yang cara hidupnya menetap, tidak berpindah-pindah dan tidak mengembara. Mereka mendiami Jazirah Arab bagian tepi seperti Hijaz, Hirah, Yaman, dll. Penduduk negeri memiliki mata pencaharian berdagang dan bercocok tanam. Kehidupan penduduk negeri lebih teratur bila dibandingkan dengan kehidupan orang gurun. Dan mereka juga sudah mampu membangun dan mengembangkan kebudayaan, juga mereka telah mampu mendirikan kerajaan.[6]
Adapun suku yang tinggal di jazirah Arab, meliputi:
a.      Arab Ba’idah
Adalah bangsa Arab yang telah musnah yaitu, orang-orang Arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan kitab-kitab suci. Arab Bai’dah ini termaksud suku bangsa Arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan raja Namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, diantara kabilah mereka yang termaksud adalah:  ‘Ad, Tsamud, Ghasan, Jad.
b.      Arab ‘Aribah
Merupakan cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab yang terkenal adalah Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Saba’ yang berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
c.       Arab Musta’ribah
Merupakan menjadi arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab Musta’ribah sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim Ismail (Adnaniyyun).[7]
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania. Bangsa Arab hidup berpindah-pindah karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.
Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu Ibrahim).

3.      Sistem Politik/Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam
Pada masyarakat Arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah sistem politiknya.
Sebelum kelahiran islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab yaitu kekaisaran Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara Yahudi, beragam sekte dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster.
Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-Qur’an, seperti ”jihad”, ”sabar”, ”persaudaraan” (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu.
Pada masa sebelum Islam yang diajarkan dan disebarluaskan ke bangsa Arab oleh Rasulullah SAW, orang Arab sering kali terjadi peperangan antar suku diantaranya dikenal dengan perang fujjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang pertama perang antara suku kinanah dan hawazan, kemudian quraisy dan hawazan serta kinanah dan hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum rasul diutus.[8]
Kekaisaran Byzantium dan Kekaisaran Romawi Timur dengan ibu kota Konstantinopel merupakan bekas Imperium Romawi dari masa klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia kecil, Syiria, Mesir dan sebagian daerah Itali serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada di bawah kekuasaannya.
Saingan berat Byzantium dalam perebutan kekuasaan di Timur Tengan adalah Persia. Ketika itu, imperium ini berada di bawah kekuasaan dinasti Sasanid (sasaniyah). Ibu kota Persia adalah al-Madana’in, terletak sekitar 20 mil di sebelah tenggara kota Baghdad yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran dewasa ini serta Afganistan.
Menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW, penguasaan Abisinia di Yaman –Abraham, atau lebih populer di rujuk dalam literatur Islam sebagai Abrahah–  melakukan invasi ke Makkah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantara epidemi cacar yang menimpa bala tentaranya, Ekpedisi ini - merujuk Alquran dalam surat 105 pada prinsipnnya memiliki tujuan yang secara sepenuhnya berada di dalam kerangka politik internasional ketika itu. yaitu upaya Byzantium untuk menyatukan suku-suku Arab dibawah pengaruhnya guna menantang Persia. Sementara para sejarawan muslim menambahkan tujuan lain untuknya. Menurut mereka ekpedisi tersebut -terjadi kira-kira pada 552 M- dimaksudkan untuk menghancurkan Ka’bah dalam rangka menjadikan gereja megah di San’a, yang dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di Arabia.[9]
Dalam masyarakat Arab terdapat organisasi clan (kabilah) sebagai intinya dan anggota dari satu clan merupakan geneologi (pertalian darah). Pemerintah dikalangan bangsa Arab sebelum Islam, menurut para ahli sejarah dimulai oleh golongan Arab baidah. Pada periode pertama dikenal ada kerajaan Aad di daerah Ahkaf al Romel yang terletak antara Oman dan Yaman, kaum ‘Aad juga pernah mendirikan kerajaan antara Makkah dan Yastrib. Kemudian juga dikenal kerajaan dari kaum Tsamud mendiami daerah Hijir dan Wadi al-Kurro, antara Hijaz dan Syiria. Kemudian di kenal juga kerajaan dari kaum Amaliqah di Arab Timur, Oman Hijaz mereka juga ke Mesir dan Syiria. Pada periode Kedua yaitu pada masa arab Aribah atau bani Qhathan yang terkenal dengan kerajaan Madiniyah, kerajaan Sabaiyah dan kerajaan Himyariah.
Bagian dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain yang ke kota Makkah adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekkah, kota suci tempat ka’bah. Kabah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut bangsa asli Makkah. Tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim disekitarnya.
Untuk mengamankan para penziarah yang datang ke kota Makkah diadakan pemerintahan yang pada mulanya berada ditangan dua suku yang berkuasa yaitu suku Jurhum dan Ismail sebagai pemegang kekuasaan ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuzaah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku Quraisy ini kemudian yang memegang dan mengatur politik dan juga urusan urusan yang berkenaan dengan kabah. Ada sepuluh (10) jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah dari suku Quraisy yaitu:
a.      Hijabah (penjara kunci ka’bah)
b.      Siqayah (penjara air mata Zam zam)
c.       Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan criminal)
d.      Sifarah (kuasa usaha Negara atau duta)
e.      Liwa (jabatan ketentaraan)
f.        Rifadah (pengurus pajak bagi fakir miskin)
g.      Nadwah (jabatan ketua dewan)
h.      Khaimman (pengurus balai musyawarah)
i.        Khazinah (jabatan administrasi keuangan)
j.        Azlim (penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewa-dewa.

4.      Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam,  dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. Adapun agama-agama tersebut ialah :
a.      Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu  Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Ka’ab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
b.      Nashara (Kristen).
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah Qudha’ah.
c.       Majusiyah
Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Diantaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
d.      Syirik (Paganisme).
Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yarnan.
e.      Al Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian.
Diantara beberapa agama/kepercayaan tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah. Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah :
1)      Wadd.
Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah.
2)      Suwaa’
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.
3)      Yaghuts
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.
4)      Ya’uq
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.
5)      Nasr
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.
6)      Manaah
Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung inisangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.
7)      Laata
Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya disembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.
8)      Al ‘Uzza
Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya.
9)      Hubal
Merupakan patung yang paling besar di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah.
10)  Dzul Khalashah
Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail.[10]

  1. Kebudayaan bangsa Arab Pra Islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki, Iran, Israel, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan Teluk Persia.[11] Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libia. yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban tersebut tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah adanya akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam.[12]
Orang-orang arab sebelum islam telah mengalami periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya mereka didapati beberapa bekasnya yang dapat dibagi kepada :
a.      Budaya materil yang sangat terkenal adalah: bendungan Marib di Yaman dari kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas kerajaan tsamud, aad dan kaum amalika.
b.      Budaya non material, sangat banyak juga yang terkenal, antaranya, syair-syair bangsa arab yang terkenal dengan cerita-cerita tentang keturunan dan keahlian dalam membuat patung, keahlian mereka dalam bersyair sebenarnya karena mereka dapat mengetahui bangsa yang halus dan menarik dengan bahasa yang indah mereka dapat mewariskan amtsai (pepatah arab) dan pepatah itu merupakan kata-kata orang bijak seperti luqman
Disamping budaya yang di dapat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga diturunkan turun temurun. Tahayul dan adat istiadat ini bertumpu kepada kepercayaan watsaniyah. Mereka percaya hantu dan Roh jahat. Mereka juga percaya kepada kahin (tukang tenun, ramal). Mereka juga meyakini kejadian-kejadian alam yang halus. Misalnya, kalau terjadi sesat di jalan, hendaklah dibalikkan baju supaya dapat petunjuk.
Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam.

  1. Peradaban bangsa Arab Sebelum Islam
Peradaban arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih maju daripada kebudayaan dan peradaban arab. Pengaruh tersebut masuk ke jazirah arab melalui beberapa jalur, yang terpenting di antaranya adalah :
a.      melalui hubungan dagang dengan bangsa lain
b.      melalui kerajaan-kerajaan protektorat, hirah dan ghassan
c.       masuknya misi Yahudi dan Kristen
Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah arab, bangsa arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya pada banyak dewa yang di wujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri, dan di pusatkan di Ka'bah.
Orang-orang arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitive. Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa arab memiliki sastra yang terkenal, kejayaan sejarah arab dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa arab sebagai bahasa ibu yang terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia. Beberapa sifat lain bangsa arab pra-islam adalah sebagai berikut:
a.      Secara fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang eropa dalam berbagai organ tubuh.
b.      Kurang bagus dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam penyatuan aksi.
c.       Faktor keturunan, kearifan dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh.
d.      Mempunyai struktur kesukuan yang diatur oleh kepala suku atau clan
e.      Tidak memiliki hukum yang regular, kekuatan pribadi dan pendapat suku lebih kuat dan diperhatikan
f.        Posisi wanita tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap barang dan hewan ternak yang tidak memiliki hak. Setelah menikah suami sebagai raja dan penguasa.
Masyarakat arab pada masa pra Islam lebih banyak dalam proses pendapatan ekonominya dari kehidupan alam maupun perdagangan. Perjalanan mereka yang memperjualkan dagangan ke beberapa kota termasuk barang-barang patung maupun kerajinan lainnya. Hal itulah yang menghidupi keluarga mereka terkadang daerah arab utara yang bagian selatan untuk masalah perekonomian dititik tekankan pada bercocok tanam. Hal ini karena kondisi geogerafis masyarakat arab bagian selatan sangat mendukung sehingga mereka mendapatkan kebutuhan melalui tanaman yang mereka olah.[13]


C.      PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa:
1.      Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”. Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”.
2.      Beberapa suku yang tinggal di jazirah Arab, yaitu  Arab Ba’idah, Arab ‘Aribah, dan Arab Musta’ribah.
3.      Ada sepuluh (10) jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah dari suku quraisy yaitu Hijabah (penjara kunci ka’bah), Siqayah (penjara air mata Zam zam), Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan criminal), Sifarah (kuasa usaha Negara atau duta), Liwa (jabatan ketentaraan), Rifadah (pengurus pajak bagi fakir miskin), Nadwah (jabatan ketua dewan), Khaimman (pengurus balai musyawarah), Khazinah (jabatan administrasi keuangan), Azlim (penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewa-dewa.
4.      Agama-agama yang ada di Arab pada masa pra Islam antara lain Yahudi, Nashara (Kristen), Majusiyah, Syirik (Paganisme) dan Al Hunafa’.
5.      Salah satu budaya yang melekat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga yang  diturunkan secara turun temurun.
6.      Masyarakat Arab pada masa pra Islam lebih banyak dalam proses pendapatan ekonominya dari kehidupan alam maupun perdagangan.
Sebagai penutup, penulis mengakui adanya kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan yang berbentuk kritik, saran dari para pembaca.



D.     DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997.

Al-Habib Alwi bin Thahir al-Hadda, Sejarah Masuknya Agama Islam di Timur Jauh, terj. S. Dhiya shahab, Jakarta: Lentera sasritama, 1995.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet-23, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.

Fadhil Sj, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang : Sukses Offet, 2008.

Faisal Ismail, Drs, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.1, CV. Bina Usaha, Yogyakarta, 1984.

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Muchtar Yahya, Bangsa Arab sebelum Islam, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1980.

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Dunia pustaka jaya, 1997.








[1] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal 13
[2] http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kondisi-masyarakat-arab-pada-masa-pra.html
[3] Muchtar Yahya, Bangsa Arab sebelum Islam, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980. Hal. 3
[4] Ibid, Hal. 4-5
[5] Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.1, Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984, Hal. 15
[6] Ibid, Hal. 16
[7] Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos 1997. Hal 5 -8
[8] Muhammad Ridha, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha, terj, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1987. Hal. 300.
[9] Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab. Hal 12
[10] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam.Hal. 14
[11] Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab. Hal 8
[12] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Dunia pustaka jaya, 1997. Hal. 2.
[13] Al-Habib Alwi bin Thahir al-Hadda, Sejarah Masuknya Agama Islam di Timur Jauh, terj. Jakarta: S. Dhiya Shahab, Lentera Sasritama, 1995. Hal 25.