Kamis, 04 Oktober 2007

DEFENISI ILMU

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
DEFENISI ILMU“


 












DI SUSUN OLEH :

AHMAD SHOLIHIN MUTTAQIN
NIM. UT. 06.0741


DOSEN  :

Bpk. ARIFULLAH



FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADITS
ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2007

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                               
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, berkat rahmat Allah SWT. yang telah melimpahkan taufik dan hidayahNya kepada Kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat sejalan dengan tugas yang diberikan oleh Dosen pada mata kuliah “FILSAFAT ILMU” yang berjudul “Defenisi Ilmu” dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa dalam bidang media pembelajaran.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, Kami sangat menerima kritik dan saran dari Dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang bersifat membangun guna perbaikan kualitas makalah ini dan supaya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Semoga makalah ini  bisa bermanfaat dan membantu para mahasiswa, khususnya di Fakultas Ushuluddin sehingga kita bisa memahami materi perkuliahan yang diberikan.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thariq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.




Jambi, 20 Desember 2007

                                                                                             Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………………………..ii
Pendahuluan 
A.    Latar Belakang …………………………………………………………..1
B.    Batasan Masalah ………………………………………………………..1
Pembahasan
Defenisi Ilmu ………………………………………………………………….2
Penutup
  1. Kesimpulan ……………………………………………………………….6
  2. Saran ……………………………………………………………………...6
Daftar Pustaka …………………..……………………………………………...7





PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Di dalam mempelajari filsafat ilmu terlebih dahulu kita harus mengetahui defenisi dari ilmu itu sendiri. Di lingkungan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, boleh dikatakan setiap waktu istilah ilmu’ diucapkan dan sesuatu ilmu diajarkan. Tampaknya telah menjadi kelaziman bahwa sebutan yang dipergunakan ialah ‘ilmu pengetahuan’ seperti misalnya pada nama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan sebutan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam perkembangan terakhir di Indonesia telah pula ditambahkan istilah ‘sains’ seperti umpamanya dalam ungkapan ‘sains dan teknologi’.
Walaupun setiap saat diucapkan dan dari waktu ke waktu diajarkan, namun tampaknya tidak banyak dilakukan pembahasan mengenai ilmu itu sendiri. Rupanya apa pengertian ilmu dengan sendirinya dipahami tanpa memerlukan keterangan lebih lanjut. Tetapi, apabila harus memberikan perumusan yang tepat dan cermat mengenai pengertian ilmu, barulah orang akan merasa bahwa hal itu tidaklah begitu mudah.

B.   Batasan Masalah
Agar makalah ini sesuai dengan tugas yang diberikan maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk itu penyusun hanya menjelaskan tentang defenisi ilmu agar tercapai maksud yang diinginkan.


PEMBAHASAN

DEFENISI ILMU

Kata Ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima-ya’lamu-‘ilman yang berarti pengetahuan. Istilah ilmu atau science meupakan suatu perkataan yang bermakna ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti ilmu mana yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science in general).
Arti yang kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geofrafi atau sosiologi. Istilah Inggris ‘science’ kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenai dunia fisi atau material (systematic knowledge of the physical or material world).
Istilah science seringkali juga dipakai untuk menunjuk gugusan ilmu-ilmu kealaman atau natural sciences. Natural sciences inilah yang tampaknya dalam pendidikan di Indonesia diterjemahkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Natural sciences (terjemahannya yang lebih tepat ialah ilmu-ilmu kelaman) tidaklah sama dengan ilmu alam dalam arti fisika (istilah inggrisnya : physics) melainkan memiliki cakupan yang lebih luas daripada fisika.
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Di antara para filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge). Seorang filsuf yang meninjau ilmu John G. Kemeny juga memakai istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method).
Dalam kalangan ilmuwan sendiri umumnya juga ada kesepakatan bahwa ilmu terdiri atas pengetahuan. Ini terbukti dari batasan yang berikut dari seorang ilmuwan.
“Science refers primarly to those systematically organized bodies of accumulated knoeledge concerning the universe which have been derived exclusively through techniques of objective observation. The content of science, then, consists of organized bodies of data”.

“Ilmu menunjuk pertama-tama pada kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta yang melulu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang objektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dsari kumpulan-kumpulan teratur dari data”.
John Wartfield mengemukakan  bahwa ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses.
Oleh karena ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas itu. Menurut Prof. Harold H. Titus, banyak orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya.
Dua sarjana ilmu sosial juga menganggap lebih cermat mendefenisikan ilmu sebagai suatu cara yang teratur untuk memperoleh pengetahuan daripada sebagai kumpulan teratur dari pengetahuan. Intisari dari pengertian itu ialah bahwa ilmu merupakan suatu metode.
Demikianlah makna ganda dari pengertian ilmu. Tetapi, pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada scara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.[1]
Dalam pendapat lain dikatakan salah satu corak pengetahuan ialah pengetahuan yang ilmiah yang lazim disebut ilmu pengetahuan, artinya science (bahasa Inggris dan Prancis), Wissenchaft (Jerman dan wetenschap (Belanda).
Sebagaimana juga science berasal dari kata scio, scire (bahasa Latin) yang bertari tahu, begitu pun ilmu berasal dari kata ‘alima (bahasa Arab) yang juga berarti tahu. Jadi, baik ilmu atau science secara etimologi berarti pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas.
Menurut Muhammad Hatta “Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunnya dari dalam”.
Karl Pearson, pengarang karya terkenal Grammar of science, merumuskan “Science is the complete and consistent description of the facts of experience in the simplestpossible terms” (ilmu pengetahuan ialah lukisan atau karangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana/ sesedikit mungkin).
Prof. Dr. A. Baiquni, Guru besar di Universitas gajah Mada merumuskan bahwa : “science merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist.
Dalam ensiklopedia Indonesia di dapati keterangan sebagai berikut :
Ilmu pengetahuan, suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi dan deduksi).

Dari keterangan-keterangan para ahli tentang ilmu pengetahuan itu jelaslah bahwa ilmu pengetahuan itu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu. Selanjutnya dapatlah dirumuskan, bahwa ilmu pengetahuan ialah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam dalam satu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.[2]

PENUTUP


A.   Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa defenisi ilmu sangat banyak sekali seperti yang telah dikemukakan dalam pembahasan. Penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa Ilmu berasal dari bahasa Arab (alima) yang berarti tahu, Science (dalam bahasa Inggris dan Prancis) yang juga berarti tahu.
Menurut penyusun arti ilmu secara global adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu.

B.   Saran
Penyusun menyadari di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari seluruh dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang bersifat membangun guna perbaikan kualitas makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Saiful, H. Endang, Ilmu, Filsafat dan Agama. (Surabaya : PT. Bina Ilmu. 2002)
The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu. (Yogyakarta : Liberti. 2000)


















































[1] The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu, Hal. 88
[2] H. Endang Saifuddin Anshari, MA. Ilmu, Filsafat dan Agama. Hal. 49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar